Cerita Windy Bertahan Hidup Saat Disekap Perampok di Pulomas
- istimewa
VIVA.co.id – Seorang korban selamat dari perampokan maut di rumah mendiang Dodi Triono di Pulomas, Jakarta Timur, mengungkap detik-detik saat dia dan sepuluh lainnya berusaha bertahan hidup ketika disekap di dalam kamar mandi selama lebih dari 15 jam.
Windy, demikian nama korban yang selamat itu. Saat perampokan dan penyekapan terjadi pada 27 Desember 2016 itu, Windy merupakan asisten rumah tangga yang bekerja di rumah Dodi.
Windy mengungkapkan semua yang dialaminya itu di hadapan majelis hakim Pengadilan Negeri Jakarta Timur. Dia dihadirkan sebagai saksi dalam sidang perkara perampokan dan pembunuhan Pulomas, Kamis 6 Juli 2017.
"Mulanya, semua berdiri, sempit-sempitan. Habis itu satu per-satu mulai duduk dan ada yang pingsan.
Kemudian Pak Dodi ngomong supaya kami berdoa agar bisa bertahan," kata Windy.
Selain meminta semua korban untuk berdoa, saat itu Dodi dan korban lainnya bernama Yanto berusaha membuka pintu kamar mandi dengan cara menarik gagang pintu. Tapi upaya itu gagal, karena pintu dikunci dari luar dan tak bisa dijebol.
"Seingat saya Pak Dodi sama Pak Yanto berusaha merusak pintu, cuma susah. Akhirnya cuma bisa patahin gagang pintu biar ada udara," kata Windy.
Hanya dari lubang kecil itulah 11 korban mendapatkan suplai oksigen. Akhirnya enam dari 11 korban tak bisa bertahan dan meninggal dunia.
Mereka adalah rumah Dodi Triono (69 tahun), anak pertama Dodi bernama Diona Arika Andra Putri (16 tahun), anak bungsu Dodi bernama Dianita Gemma (10 tahun), Amel (10 tahun) temannya Gemma, Yanto (sopir), serta Tasrok (40 tahun), juga sopir.
Sedangkan korban selamat selain Windy, adalah Emi (41 tahun), anak kedua Dodi bernama Zanette (13), serta tiga pembantu rumah tangga yakni, Santi (22) dan Fitriani (24). (ren)