Anies Ingin Pengusaha Datang ke Kampung Kumuh
- VIVA.co.id/Fikri Halim
VIVA.co.id – Gubernur DKI Jakarta terpilih, Anies Rasyid Baswedan, menyempatkan salat berjamaah bersama warga di Masjid Nurul Iman, komplek Pondok Bambu Permai, Duren Sawit, Jakarta Timur, Sabtu 6 Mei 2017.
Usai melaksanakan salat, Anies memberikan tausyiah singkat kepada warga komplek sekitar. Dalam kesempatan itu, mantan Menteri Pendidikan dan Kebudayaan tersebut menyampaikan pesan-pesan moral kepada warga. Anies ingin mengajak masyarakat sadar dengan lingkungan sekitarnya.
Ia bercerita, dirinya pernah mewawancarai para pekerja profesional di Jakarta yang enggan menengok kampung di sekitar mereka bekerja. Kesimpulan Anies, ketimpangan di Jakarta hingga kini masih sangat dahsyat.
"Saya waktu itu pernah datang ke Karet Tengsin, Sudirman. Di situ ada kampung yang kumuh sekali. Saya pernah nanya ke profesional yang berkantor di situ, ternyata tidak pernah nengok ke kampung belakang. Terus yang di kampung itu juga tidak pernah merasakan naik ke gedung lantai dua. Itu ketimpangan yang dahsyat," tuturnya.
Anies mengaku ingin menyentuh hati para profesional untuk memperhatikan warga di lokasi tempat mereka bekerja, dengan seolah-olah menganggap lokasi itu seperti kampung mereka sendiri pada 30 tahun yang lalu. Melalui kegiatan saling tolong menolong, menurut Anies, akan menjadikan ketimpangan antara si kaya dengan si miskin semakin menurun.
"Kita semua dari kampung bukan asalnya? Dulu orangtua kita miskin semua bukan? Kok kita lupa sebagian dari kita masih tertinggal. Saya, kami, nanti ketika kami bertugas, akan pakai APBD. Tapi sebelum itu, saya mau kerja bersama mengajak semuanya. Kerja sama mengurus kampung-kampung ini," ujarnya.
Hal yang diinginkan Anies adalah mengajak seluruh profesional di Jakarta untuk saling membantu saudaranya yang masih memiliki kehidupan yang tidak layak. Namun, bukan bantuan dalam bentuk materi.
"Yang saya inginkan bukan datang beri uang, jangan. Kalau bapak lakukan itu, selesai sudah semua, tidak ada perubahan. Kalau datang ke sana, bawanya badan, diskusi, dialog, mengajarkan, bahkan belajar, cari apa yang bisa dibuat kerja sama," ungkapnya.
"Sekali Anda dipandang sebagai orang yang bawa uang, nanti yang diminta adalah uang. Padahal, yang dibutuhkan kerja sama, bukan uang. Nanti uang datang kemudian," ujarnya menambahkan.