Banjir Tinggi, Warga Cakung Butuh Perahu Karet
- ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
VIVA.co.id – Banjir melanda permukiman warga di Kampung Petukangan, Rawa Teratai, Cakung, Jakarta Timur, sejak Selasa dini hari, 21 Februari 2017. Hingga siang ini, ketinggian air banjir di kawasan itu masih satu meter atau mencapai dada orang dewasa.
Genangan banjir khususnya terjadi di permukiman warga di Rawa Teratai RT 016 RW 04, Cakung, Jakarta Timur. Hingga kini belum ada petugas yang melakukan penanganan untuk mengevakuasi warga yang terjebak banjir.
"Tadi ada dari puskemas, hanya untuk ibu hamil dan balita. Di sini tidak mendapat perahu, hanya pakai ban bekas saja," kata Ketua RT 016, Agus yang ditemui di lokasi banjir.
Agus menjelaskan, sebagian warga bertahan di lantai dua masjid. Sebagian lagi memilih bertahan di lantai dua rumah mereka. Agus berharap bantuan cepat datang dan banjir segera surut. "Mudah-mudahan banjir cepat surut, antisipasi warga hanya pakai ban karet saja," katanya.
Sebagaimana telah diprakirakan sebelumnya, hujan dengan intensitas tinggi memang turun pada tanggal 21 Februari 2017 dini hari hingga pukul 07.00 wib, di sekitar wilayah Jabodetabek. Dari pantauan data satelit maupun radar sebaran hujan relatif merata di sekitar Jabodetabek, munculnya aktifitas awan Cumulonimbus menyebabkan hujan lebat yang disertai kilat dan petir pada dini hari tadi.
Sebaran awan hujan lebih dominan di wilayah utara dibanding wilayah selatan, hal tersebut sesuai dengan pengukuran curah hujan yaitu wilayah utara memiliki curah hujan lebih tinggi dibanding wilayah lainnya. Sehari sebelumnya kawasan Jabodetabek juga telah diguyur hujan yang cukup intens dari pagi hingga siang hari.
Kejadian hujan lebat pada pagi ini disebabkan adanya area konvergensi atau pertemuan angin tepat di sekitar wilayah Jakarta khususnya bagian utara, sehingga pertumbuhan awan hujan menjadi sangat kuat yang ditandai dengan banyaknya awan Cumulonimbus.
Dari pantauan kondisi atmosfer global dan regional, pengaruh gelombang tropis memicu munculnya area tekanan rendah serta monsoon Asia yang masih cukup kuat, sehingga secara tidak langsung mempengaruhi fenomena cuaca regional dan lokal seperti munculnya daerah konvergensi kuat di Pesisir Barat Sumatera hingga wilayah Jawa bagian Barat. (mus)