Survei Polmark: Kinerja Ahok Diakui, tapi Tak Dipilih
- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA.co.id – Lembaga survei Politic Marketing, atau Polmark Indonesia menyebut ada fenomena anti-Ahok (Basuki Tjahaja Purnama) di kalangan pemilih di Jakarta.
CEO Polmark Indonesia, Eep Saefullah mengatakan, sebagian besar masyarakat mengakui kinerja Ahok dalam membangun Ibu Kota. Tetapi, mereka enggan memilih, karena sikap dan perkataan Ahok yang terkait dengan perkara dugaan penistaan agama.
Berdasarkan survei Polmark, pasangan incumbent, Ahok- Djarot Saiful Hidayat, menempati urutan tertinggi dalam hal terbukti mampu bekerja baik, yaitu 31,2 persen.
Disusul pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno 23,7 persen, dan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni 21,8 persen.
Namun, penilaian berbeda, jika patokannya kepribadian layak dan patut diteladani. Ahok-Djarot menempati posisi buncit yaitu, 15,6 persen. Kemudian, Agus-Sylvi 25,8 persen dan Anies-Sandi di posisi tertinggi, yaitu 34,3 persen.
"Di Jakarta, saat ini, tidak ada anti-incumbent. Tetapi, yang ada anti-Ahok. Sebabnya, karena sesuatu yang dilakukan Ahok, terkait dugaan penistaan agama, orang kemudian jadi berpikir dia tidak layak menjadi gubernur," kata Eep, saat jumpa pers di Jakarta, Kamis 19 Januari 2016.
Secara keseluruhan, elektabilitas pasangan Anies-Sandiaga berada di posisi paling atas yaitu 25,3 persen. Disusul pasangan Agus-Sylvi 23,9 persen dan pasangan Ahok-Djarot 20,4 persen. Sebanyak 23 persen responden masih merahasiakan pilihannya dan 7,4 persen sisanya tidak menjawab calon mana yang akan dipilih.
Polmark Indonesia melakukan survei pada rentang waktu 6 sampai 12 Januari 2017, dengan 1.200 responden. Sebaran responden ada di 120 kelurahan yang secara acak di Jakarta. Adapun metode yang digunakan adalah multistage random sampling dengan margin error 2,9 persen dan tingkat kepercayaan 95 persen. (asp)