Anies Punya Lima Strategi Atur Transportasi Publik Jakarta
- VIVA.co.id/ Irwandi Arsyad.
VIVA.co.id – Calon gubernur DKI nomor urut 3, Anies Rasyid Baswedan, memastikan tidak akan menghapus angkutan kota (kota) di Jakarta, bila dipercaya memimpin ibukota melalui pilkada 2017.
"Tidak akan ada pemberhentian (angkot)," tegasnya dalam diskusi interaktif pada program "Mencari Jawara Jakarta" di Jakarta, Rabu, 18 Januari 2016.
Justru, menurut mantan menteri Pendidikan dan Kebudayaan ini, dirinya akan meningkatkan keterampilan dan pendidikan para pengemudi transportasi massal, termasuk angkot. Terutama soal ketertiban berkendara di jalan. Anies juga berencana melakukan peremajaan angkot guna meningkatkan kenyamanan penumpang.
"Kami latih mereka, agar tertib berkendara dan berlalu lintas. Nanti ada penilaian dan evaluasinya," jelasnya.
Terkait transportasi publik di Jakarta yang pelik dan dikeluhkan oleh warga Jakarta. Terutama persoalan kenyamanan, biaya dan waktu tempuh ke tujuan. Anies mengatakan, setidaknya ada lima strategi yang akan diterapkan untuk mengoptimalkan transportasi massal dan juga sistemnya, dalam rangka mengentaskan persoalan kemacetan.
Lima strategi ini dilakukan agar warga beralih ke transportasi publik dan hal itu bisa mengurangi kemacetan di Jakarta. Pertama, akan menciptakan tarif tunggal Rp5 ribu untuk ke semua rute dan berlaku untuk semua transportasi yang terintegarasi. Namun, akan digratiskan bagi lansia dan anak sekolah di Jakarta.
"30 persen biaya hidup dihabiskan di transportasi. Kami berencana agar bisa berkurang setengahnya menjadi 15%," kata Anies.
Yang kedua dan tak kalah penting agar warga beralih dari kendaraan pribadi ke transportasi massal adalah dengan meningkatkan kenyamanan dalam transportasi publik massal dengan melakukan peremajaan dan melengkapi fasilitas.
"Kenyamanan ini bukan hanya di kendaraannya. Tapi juga cara mencapainya dengan menambah rute baru secara terintegrasi," ujarnya.
Ketiga, memperbanyak fasilitas transportasi, seperti memperbanyak halte dan tempat transit agar bisa terintegrasi. Keempat, memberlakukan insentif kepada pengemudi berdasar jarak tempuh bukan berdasarkan jumlah penumpang. Hal itu agar tidak terlalu terburu-buru demi keselamatan para penumpang.
Sementara langkah kelima, akan memberikan pendidikan dan pelatihan bagi para pengemudi angkutan secara berkala.
"Kemacetan itu juga disebabkan oleh pengemudi yang tidak terdidik dengan baik. Kita jarang memberikan pelatihan dan memastikan mereka tidak memberikan kemacetan," ujarnya.
(ren)