Pesan Ayah Taruna STIP yang Tewas Dipukuli Senior
- Danar Dono - VIVA.co.id
VIVA.co.id – Kematian Amirullah Adityas Putra, taruna tingkat pertama Sekolah Tinggi Ilmu Pelayaran (STIP) Marunda, Jakarta Utara, menyisakan duka mendalam bagi keluarga.
Bagaimana tidak, Amir merupakan salah satu putra harapan keluarga untuk dapat menjadi seorang pelaut andal. Meski demikian, keluarga telah merelakan kepergian Amir. Namun, keluarga berharap Amir merupakan korban terakhir dari tradisi kekerasan senior pada junior di sekolah tinggi itu.
Ayah kandung Amir, Ruspiyadi, berharap jangan sampai ada lagi putra maupun dari keluarga lain yang menimba ilmu di STIP dan sekolah tinggi lain, menjadi korban kekerasan senior.
Di samping itu, Ruspiyadi meminta penegak hukum dapat menuntaskan kasus ini dan pelaku bisa mendapatkan hukuman yang setimpal dengan perbuatannya.
"Pesan untuk STIP, saya harap ini kejadian terakhir. Bukan untuk STIP saja sih, tapi semua instansi. Saya juga minta ini diusut tuntas, agar anak saya enggak mati sia-sia," ujarnya, Kamis, 12 Januari 2017.
Ruspiyadi mengatakan, sejak kematian Amir, STIP kini lebih terbuka dan jujur kepada keluarganya. "Pihak STIP menghormati karena ngabarin saya langsung, meski ketuanya sudah dicopot, saya kenal Pak Weku itu orang baik juga," kata Ruspiyadi.
Ayah almarhum juga mengatakan bahwa memang ada tradisi kekerasan yang dilakukan oleh senior menjelang penerusan generasi personel drum band di STIP. Menurutnya, serah terima alat musik kerap kali diawali dengan pemukulan.
"Ini masalah drum band. Sistem drum band di STIP memang begitu, taruna baru kalau mau masuk tim drum band bakal di "ospek" (pukul). Drum band itu cita-cita dia," katanya.
Diketahui, Amir tewas setelah dipukuli empat seniornya di lantai dua kamar 205, Gedung Dormitory Ring 4, STIP Marunda, Cilincing, Jakarta Utara. Hasil pemeriksaan jasad Amir, terungkap dia tewas akibat mati lemas karena kekerasan fisik. (ase)