Terbongkar, Kedok Pengemis Wanita Ngesot di Pasar Mester
- Dok. Sudin Sosial Jakarta Timur
VIVA.co.id –  Petugas Suku Dinas Sosial Jakarta Timur membongkar kedok seorang pengemis dengan modus pura-pura cacat dan berjalan ngesot, di Pasar Mester, Jatinegara, Jakarta Timur.
Adalah Adriana, wanita yang menjadi pengemis itu. Dia pura-pura cacat tak bisa jalan untuk menimbulkan belas kasihan orang lain.Â
Aksinya terbongkar setelah petugas mendapatkan laporan dari masyarakat melalui akun media sosial twitter @DinsosDKI1, Senin, 14 November 2016 sore. Warga melaporkan bahwa pengemis itu kerap kasar dengan masyarakat yang ada di pasar tersebut.
Kepala Suku Dinas Sosial Jakarta Timur Benny Martha mengemukakan, dalam laporan itu juga disebutkan ada pihak yang melindungi pengemis itu beroperasi di pasar tersebut.
"Petugas Pelayanan, Pengawasan dan Pengendalian Sosial (P3S) kami melakukan pengintaian terlebih dahulu keberadaan pengemis ngesot itu. Berdasarkan informasi warga, ia beroperasi dari jam 10 pagi," ujar Benny
dalam rilis yang diterima, Selasa, 15 November 2016.
Setiap hari, pihaknya melakukan pemantauan. Pada hari kelima pemantauan, petugas berhasil menjaring pengemis itu.
Saat ditangkap, kata Benny, pengemis itu menangis lantaran malu dilihat banyak orang. Pengemis juga khawatir disakiti oleh warga.
Soal identitas oknum yang melindungi pengemis itu, menurut Benny, wanita tersebut mengatakan hanya sering memberi uang kepada seseorang. Orang tersebut suka memberi tahu jika ada penertiban di area pasar sehingga dia terhindar dari jangkauan aparat, seperti Satuan Polisi Pamong Praja (Satpol PP) dan P3S.
Sebenarnya, wanita tersebut bisa jalan. Namun, dia berpura-pura tak bisa jalan. Dia juga pura-pura ngesot agar mendatangkan rasa iba warga untuk memberi uang kepadanya. Â Â
"Pendapatan Ibu Adriana ini lumayan, sekitar Rp100-150 ribu per hari. Dia juga mampu mengirimkan uang per bulan Rp2,5 juta ke kampung untuk keluarganya di Indramayu, Jawa Barat," ujar Benny.
Sebelum jadi pengemis, Â Adriana merupakan pemulung yang tinggal bersama pemulung lainnya di sekitar Stasiun Manggarai. Sudah satu tahun ia menjadi pengemis.
"Menurut para pedagang di situ, Ibu Adriana suka datang dan pulang diantar dengan motor atau kadang bajaj. Ketika ditanya kok enggak jijik ngesot- ngesot di pasar yang kotor? Apa enggak gatal-gatal atau sakit? Dia jawabnya sudah terbiasa jadi enggak masalah," ujar Benny.
Menurut Benny, para pedagang dan pembeli di Pasar Mester memberi apresiasi kepada petugas ketika Adriana dijaring. "Mereka mendukung agar pengemis itu dibawa ke panti karena berpura-pura cacat," ujarnya.
(mus)