Kisah Bonek Lapar dan Lemparan Nasi Padang
- Danar Dono - VIVA.co.id
VIVA.co.id – Kamis, 10 November 2016, matahari bersinar cukup terik. Di Stadion Tugu, Jakarta Utara, terlihat ratusan supoter tim sepak bola Persebaya alias bonek berkumpul di dalam lapangan.
Tak seorang pun bonek yang dapat keluar dari stadion kecil itu. Pagar besi terkunci dengan gembok dan di luar pagar, ratusan petugas kepolisian berjaga.
Situasi ini berlangsung tak sebentar, bonek terpaksa ditempatkan di dalam stadion dengan tujuan agar tidak berbuat onar. Sebab, saat bersamaan, di Hotel Mercure, Ancol, PSSI tengah menggelar kongres, untuk memilih ketua umum yang baru.
Pukul 13.00 WIB, rupanya situasi berubah, bonek yang terkurung mulai dilanda kelaparan dan kehausan. Bonek yang tadinya hanya diam, mulai mendekati pagar-pagar dan berteriak-teriak ke petugas kepolisian.
"Buka dong Pak polisi buka, minta makannya Pak minta," ujar ratusan bonek sembari berusaha mendorong pagar.
Dalam kondisi itu, Kepala Polsek Metro Koja Kompol Supriyanto memerintahkan personel kepolisian untuk memberikan makanan jatah petugas ke bonek.
Satu per satu plastik berisi satu lusin nasi Padang dibagikan petugas ke bonek. "Pak sini, Pak sebelah sini lapar Pak," ujar bonek.
Karena situasi terus memanas, akhirnya petugas mempercepat pembagian makanan itu. Apalagi setelah banyak teriakan dari dalam stadion, yang bernada seolah meremehkan menu nasi bungkus yang dibagikan petugas.
Padahal, menurut Supriyanto, setiap bungkus nasi itu, terdapat menu makanan yang lumayan enak. "Ada nasi, sayur nangka dan kuah, daun singkong dan sepotong ayam goreng," kata Supriyanto, Jumat, 11 November 2016.
Tiba tiba, beberapa kotak nasi beterbangan ke arah petugas kepolisian dan media yang berdiri di dekat pagar. Mereka mulai melempari petugas dan media dengan kotak nasi yang diberikan petugas. Tak hanya itu, ternyata ada bonek yang melemparkan batu.
Petugas pun mengambil tindakan tegas, sejumlah anggota Brimob masuk ke dalam stadion dan mengamankan pelempar batu. "Wah parah ini memang, sudah dikasih makan malah ngelunjak, harus ditegasin kadang-kadang" kata Supriyanto.
Setelah itu, situasi kembali normal. Hingga sore dan malam harinya, bonek pun dipulangkan ke Surabaya dengan menumpangi kereta api dari Stasiun Senen, Jakarta Pusat.