2-11-1993: Tragedi Kecelakaan Kereta di Citayam
VIVA.co.id – Tercatat sebagai kecelakaan ketiga terburuk dalam sejarah perkeretaapian Indonesia. Insiden memilukan itu terjadi di Ratu Jaya, Kota Depok, Jawa Barat, pada 2 November 1993.
Insiden ini menjadi salah satu yang terus dikenang selain Tragedi Bintaro atau peristiwa kecelakaan kereta api di Bintaro pada 19 Oktober 1987 dan kecelakaan kereta api 146 Empu Jaya yang menabrak kereta api 153 Gaya Baru Malam Selatan, pada 25 Desember 2001.
Berdasarkan olahan VIVA.co.id, dari berbagai sumber, kecelakaan 2 November 1993 itu terjadi di wilayah Ratu Jaya, yakni suatu lintasan atau jalur kereta api antara Stasiun Depok dan Stasiun Citayam.
Pada masa itu jalur Depok menuju Kota Bogor masih menggunakan jalur tunggal. Kecelakaan ini mengakibatkan jatuhnya 20 korban meninggal dunia dan seratus orang mengalami luka-luka.
Peristiwa kecelakaan ini terjadi pada pagi hari dan berawal dari kesalahan informasi antara petugas Pengatur Perjalanan Kereta Api (PPKA) di pemberangkatan Stasiun Depok Lama dan Stasiun Citayam.
Kejadian bermula ketika rangkaian Kereta Rel Listrik (KRL) dengan rangkaian delapan gerbong diberangkatkan oleh Petugas PPKA stasiun Depok Lama tanpa mengabarkan berita jalur aman terlebih dahulu pada Petugas PPKA Stasiun Citayam, dan pada saat yang bersamaan sebuah rangkaian KRL lain yang sarat penumpang dari arah Bogor baru saja berangkat dari stasiun Citayam.
Peristiwa nahas itu persis terjadi di sekitar tikungan Ratu Jaya, masing-masing masinis dari jauh tidak saling melihat, baru setelah dekat kedua belah pihak saling menyadari hingga tabrakan pun tak terhindarkan.
Kereta dari Depok yang lebih ringan dengan penumpang yang nyaris kosong remuk dan terangkat ke atas, ketika kedua KRL tersebut bertabrakan muka dengan kecepatan sedang. Rangkaian gerbong terdepan dari empat rangkaian kereta terbelah dua, terangkat ke atas serta menindih persambungan kereta kedua yang juga remuk.
Sementara kereta yang melaju dari arah Citayam, yang kondisinya penuh dengan penumpang juga tak jauh berbeda. Tabrakan ini mengakibatkan semua penumpang terdesak ke depan sehingga penumpang yang berada di bagian depan setiap gerbong terimpit sedangkan mereka yang berada di pintu terpental ke luar.
Terimpit dan terpental inilah yang diduga menyebabkan banyaknya korban meninggal dunia termasuk masinis dan kondektur kedua KRL.
KRL yang terlibat kecelakaan adalah KRL Rheostatik, yaitu Rheostatik Mild dan Stainless, dan akibat kecelakaan KRL ini, dua kereta dari masing-masing set rusak, sehingga digabung menjadi KRL "Catdog".
Kini jalur Jakarta-Bogor telah ganda sepenuhnya, sehingga angka kecelakaan dapat ditekan, serta lalu lintas KRL atau KA jarak jauh menjadi semakin lancar.
VIVA pernah menulis berita terkait kecelakaan tersebut, di sini.