Soal Dokumen Munir, Demokrat Protes Jokowi Libatkan SBY

Gambar mendiang aktivis HAM, Munir Said Thalib.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Anhar Rizki Affandi

VIVA.co.id – Juru Bicara DPP Partai Demokrat, Rachland Nashidik, menyayangkan sikap Presiden Joko Widodo yang meminta Jaksa Agung untuk memeriksa Susilo Bambang Yudhoyono terkait urusan dokumen Tim Pencari Fakta (TPF) Munir.

Jokowi dan SBY Absen Hadir di Kampanye Akbar RK-Suswono

Rachland menjelaskan, harusnya jika Jokowi yakin dokumen tersebut hilang, maka orang nomor satu itu bisa langsung menghubungi SBY.

"Sebenarnya bisa mengontak dan bertanya sendiri kepada Presiden RI ke 6 dengan berbagi niat baik dan kepedulian terhadap penuntasan kasus Munir," ujar Rachland dalam keterangan pers yang diterima VIVA.co.id, Sabtu, 22 Oktober 2016.

Usai Presiden Prabowo Ketemu Jokowi dan SBY, Pertemuan Prabowo dengan Megawati juga Disiapkan

Dia mengatakan, menyuruh Jaksa Agung datang menemui SBY sangat merugikan nama baik orang lain, karena Jaksa Agung adalah otoritas hukum pidana.

"Perlu diingat, justru SBY adalah Presiden yang membentuk TPF Munir dan berperan besar dalam mendukung aparat hukum mengejar, mengungkap dan membawa para tersangka ke pengadilan. Nama-nama yang direkomendasikan TPF untuk diperiksa, sudah sebagian besar diadili dan dipidana," kata dia.

MPR Kirim Undangan Pelantikan Prabowo-Gibran ke SBY dan Megawati Besok

Rachland yang juga inisiator pembentukan TPF Munir menuding Jokowi sengaja mengangkat isu dokumen hilang untuk mengalihkan perhatian publik.

Sebelumnya, Jaksa Agung Muhammad Prasetyo akan mencari dokumen tim pencari fakta (TPF) perkara pembunuhan aktivis HAM Munir Said Thalib yang diduga hilang di era pemerintahan presiden keenam RI Susilo Bambang Yudhoyono.

"Terpaksa kami akan menghadap Pak SBY," ujar Prasetyo di Kantor Presiden beberapa waktu lalu.

Berdasarkan informasi yang dia terima, TPF saat itu telah menyerahkan dokumen asli ke SBY. Namun, penyerahan bukan ke Sekretariat Negara seperti yang selama ini dituduhkan pegiat HAM. "Pak SBY sendiri apa masih ingat atau tidak ya?" ujar dia.

Namun, Prasetyo mengakui bahwa hal itu adalah pilihan terakhir. Prasetyo akan mencari dokumen itu ke mantan anggota TPF terlebih dahulu.

"Timnya kan sudah bubar. Tapi kami akan coba hubungi satu per satu dulu. Itu kan tidak mudah. Saya berharap mereka masih menyimpan dan menyerahkannya kepada kami," ujar dia.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya