Pemimpin Padepokan Satrio Aji Mengaku Terinspirasi Jessica

Pemimpin Padepokan Satrio Aji, Anton Hardiyanto alias Aji.
Sumber :
  • VIVA.co.id / Zahrul Darmawan

VIVA.co.id – Anton Hardiyanto alias Aji (34 tahun), pemimpin Padepokan Satrio Aji mengakui membunuh dua pengikutnya dengan menggunakan kopi yang telah dicampur sianida. Dan yang mengejutkannya, cara tersebut diakui Aji karena dirinya terinspirasi dari kasus Jessica Kumala Wongso.

Sidang PK, Hakim Tanya soal Bukti Baru yang Diajukan Jessica Wongso

“Iya tadi saya ketemu dengan saudara Anton, dan dia sudah mengakui perbuatannya. Dia mengakui membunuh kedua korban dengan racun yang dikenal dengan sebutan potas, itu semacam racun ikan. Potas, ya sianida. Dia terinspirasi dari kasus Jessica,” kata kuasa hukum tersangka, Herman Dionne kepada sejumlah awak media di Mapolresta Depok, Jumat, 7 Oktober 2016.

Berdasarkan keterangan Aji, dia menuturkan, racun tersebut mudah didapat karena biasa digunakan untuk membunuh ikan. Namun mengenai kadarnya hingga bisa membunuh kedua korban, dia mengaku belum mengetahuinya.

Sidang PK Jessica Kumala Wongso Ditunda Pekan Depan, Hakim Minta Novum Disumpah

Lebih lanjut Herman mengaku, dia belum bisa berkomentar banyak karena pihaknya belum secara intens menggali keterangan dari tersangka. “Hari ini, saya resmi jadi kuasa hukumnya, tadi saya baru sebatas nanya kebenaran dari kasus ini. Untuk lebih dalam, nanti ya, setelah saya intens berkomunikasi dengan klien saya (Aji).”

Untuk diketahui, tersangka nekat menghabisi dua nyawa pengikutnya dengan motif ingin menguasai mobil dan uang para korban. Modusnya, tersangka merayu korban dengan iming-iming emas batangan secara gaib sebanyak 1 kilogram (kg). Namun untuk mendapatkan itu, korban diminta menyerahkan mahar berupa mobil dan sejumlah uang.

Ajukan PK, Jessica Wongso Akui Masih Trauma saat Datang ke PN Jakpus

Tergiur dengan ucapan tersangka, kedua korban yang hanya sopir taksi online itu pun setuju hingga akhirnya mereka diajak ke sebuah tempat di kawasan Kampung Serab, Sukmajaya, Depok untuk melakukan ritual, Jumat malam, 30 September 2016.

Saat itulah, tersangka menyuguhkan kopi yang telah dicampurkan potasium sianida hingga akhirnya korban meregang nyawa di lokasi kejadian.  Kedua korban kemudian dibuang di tempat berbeda. Korban pertama adalah Ahmad Sanusi (20 tahun), warga jalan Lubang Buaya, RT 06/05, Kelurahan Lubang Buaya, Kecamatan Cipayung, Jakarta Timur, yang jasadnya ditemukan dalam kondisi miring di dalam parit di Jalan Makam Kopo Rt 09/09, Kelurahan Limo, Kecamatan Limo, Depok Sabtu pagi, 1 Oktober 2016.

Sedangkan korban kedua, diketahui bernama Shendy Eko Budianto (29 tahun), beralamat di Jalan Pencil, RT 02/03 Desa Wuryorejo, Kecamatan Wonogiri, Jawa Tengah. Jasad Shendy ditemukan di dalam kali Jalan Pertanian Raya, RT 05/04, Kelurahan Grogol, Kecamatan Limo, Depok, tak jauh dari lokasi ditemukannya jasad Ahmad Sanusi.

Atas kasus ini, polisi telah menetapkan dua orang tersangka, Anton alias Aji dan Riyadi. Keduanya diringkus dalam pelarian di kawasan Lampung. Penangkapan ini melibatkan Polda Banten, Polda Jawa Tengah dan Polda Lampung. Selanjutnya kasus ini masih dalam penyelidikan Polres Kota Depok. 

Ahli forensik digital Rismon Hasiholan Sianipar

Ahli Forensik Bongkar Kejanggalan Bukti CCTV dalam Kasus Tewasnya Wayan Mirna Salihin

Hal ini disampaikan ahli forensik digital Rismon Hasiholan Sianipar dalam sidang PK kasus tewasnya Wayan Mirna Salihin.

img_title
VIVA.co.id
5 November 2024