Tren Anjlok, Ahok Bisa Tersingkir di Putaran Pertama
- Anwar Sadat
VIVA.co.id – Dukungan terhadap calon petahana Basuki Tjahaja Purnama dalam Pilkada DKI 2017 terus merosot sejak Maret hingga Oktober 2016. Elektabilitas Ahok terus tergerus dengan Agus Yudhoyono dan Anies Baswedan yang justru baru dimunculkan.
Menurut peneliti LSI, Adjie Alfaraby, elektabilitas Ahok saat ini terus turun hingga titik rawan. Karena itu, pilkada Jakarta diprediksi akan berlangsung hingga dua putaran. Bila tidak ada perubahan radikal, dan tren Ahok terus menurun, maka tidak mustahil Ahok justru dapat tersingkir pada putaran pertama.
"Pilkada DKI 2017 mendatang diprediksi akan terjadi dua putaran, hal tersebut akan bisa terjadi karena, seorang pemimpin di Jakarta harus di atas 50 persen, karena adanya pembagian data secara menyeluruh dari setiap pasangan calon gubernur, dan calon wakil gubernur DKI Jakarta," kata Alfaraby, di Kantor LSI Graha Rajawali, Rawamangun, Jakarta Timur, Selasa 4 Oktober 2016
Ahok-Djarot saat ini masih menempati posisi pertama hasil survei LSI, dengan perolehan suara 31,4 persen. Posisi kedua, pasangan Anies Baswedan-Sandiaga Uno mendapatkan 21,1 persen. Sedangkan Agus Harimurti Yudhoyono-Sylviana Murni di posisi ketiga dengan suara sebesar 19,3 persen. Sedangkan sebanyak 28,2 persen warga DKI belum memutuskan pilihannya.
Dengan angka dukungan ini, dan pilkada masih empat bulan lagi, maka jika tidak ada perubahan radikal, hampir pasti pilkada berlangsung dua putaran. Tidak ada yang unggul mutlak di atas 50 persen. Namun di putaran pertama, siapapun saja bisa tersingkir . Jika tren Ahok terus menurun, Ahok pun bisa tersingkir di putaran pertama.
"Tapi tidak menutup kemungkinan pasangan Ahok-Djarot bisa gugur di putaran pertama," ujarnya.
Survei ini dilakukan LSI pada 28 September hingga 2 Oktober 2016, melibatkan 440 responden dengan, wawancara tatap muka. Riset dilakukan dengan metode multi-stage random sampling. Margin of Error plus minus 4,8 persen. Survei ini dibiayai dengan dana sendiri, dan dilengkapi pula dengan kualitatif riset
group discussion, media analisis, dan depth interview.