Empat Hal Ini Penyebab Ahok Kalah di DKI Versi LSI
- Anwar Sadat
VIVA.co.id – Lingkaran Survei Indonesia (LSI) melalui hasil surveinya melihat bahwa dukungan terhadap pasangan calon gubernur petahana, Basuki Tjahaja Purnama dan Djarot Saiful Hidayat, terus menurun sejak Maret hingga Oktober 2016. Ahok bahkan potensial tersingkir pada putaran pertama pilkada DKI 2017.
Peneliti LSI, Adjie Alfaraby, mengatakan, ada sejumlah faktor yang ikut menentukan kenapa Ahok akan tumbang bahkan sejak putaran pertama. Mulai dari isu kebijakan, isu kepribadian, isu agama dan etnis, serta munculnya calon-calon baru.
"Beberapa faktor itu kami dapat melalui hasil penelitian kami setelah sehari pendaftaran calon, jadi sangat faktual dan diinginkan warga," katanya, di Graha Rajawali LSI, Rawamangun Jakarta Timur, Selasa, 4 Oktober 2016.
Alfaraby menambahkan, banyaknya penggusuran yang dilakukan Ahok membuat dia bisa tak terpilih lagi. Mulai dari pembongkaran Kampung Pulo, Pasar Ikan, Bukit Duri, Kalijodo, dan Kampung Luar Batang.
"Meski kebijakan itu benar, namun cara melakukan penertiban tidak mengedepankan masalah biologis dan mementingkan konglomerat, dinilai warga sangat meresahkan," katanya.
Ahok yang meluap-luap dan tak pandang bulu saat marah, juga menjadi faktor lain yang membuat warga tak memilihnya. Ahok yang memiliki karakter kasar, dinilai warga tidak pantas menjadi seorang pemimpin.
"Dalam penelitian itu, warga menilai Ahok terlalu banyak memaki pegawai hingga warga. Terlebih sosok arogan yang juga kerap diperlihatkannya," katanya.
Isu lain yang juga dapat menumbangkan Ahok yakni isu agama dan etnis. Isu ini juga menjadi faktor lain yang membuat warga tak memilih Ahok. Terlebih, masalah ini terus berkembang di masyarakat yang menilai tidak ingin dipimpin nonmuslim dan warga keturunan.
"Namun, isu ini tak terlalu berpengaruh karena jumlah pemilih ini kurang dari 40 persen," ujar Alfaraby.
Faktor terakhir yaitu munculnya nama-nama baru seperti Anies Baswedan dan Agus Yudhoyono, yang membuat warga mulai berpaling. Wajah-wajah baru ini terus muncul untuk memberikan alternatif kepada warga dalam memilih calon gubernurnya.
"Adanya alternatif calon gubernur baru yang membuat pamor Ahok terus turun," ujarnya.
Kesimpulan dalam survei menunjukan kalau Ahok potensial kalah. Karena dukungan Ahok ada Oktober 2016 bukanlah Ahok pada bulan Maret 2016. Ahok begitu kuat dengan tingkat elektabilitas 69,3 persen, dan lebih besar dari 10 kandidat lain meski digabung menjadi satu hanya 26,30. Seperti Yursil, Risma, Sandiaga, dan lainnya.
Namun pada Oktober 2016, elektabilitas Ahok terjun bebas di angka 31,1 persen. Meski masih berada di posisi puncak, tapi elektabilitas Ahok justru tergerus dengan pasangan lain yang elektabilitasnya justru terus meningkat. Agus Yudhoyono telah mencapai angka 22,30 persen dan Anies Baswedan terus naik hingga mencapai 20,20 persen.
Survei LSI dilakukan terhadap 440 responden dengan tatap muka dan telah diselesaikan pada 28 September 2016. Riset dilakukan dengan metode multi-stage random sampling, dengan margin error 4,8 persen. Survei ini dibiayai sendiri, dan dilengkapi pula dengan kualitatif riset seperti FDG, media analisis dan depth interview.