12 Tahun Serpihan Bom Kuningan Bersarang di Mata Iswanto

Ilustrasi peringatan Bom Kuningan
Sumber :
  • VIVAnews/Ikhwan Yanuar

VIVA.co.id – Dua belas tahun sudah tragedi bom Kuningan, Jakarta Pusat berlalu. Tapi, korban ledakan bom yang terjadi pada 9 September 2004 itu, masih dapat mengingat dengan jelas detik-detik bom mengguncang.

Pengakuan Mengejutkan Sopir Truk Tronton Tabrak Kendaraan di Slipi Hingga 2 Orang Tewas

Iswanto salah satunya. Saat bom meledak, dia masih bertugas sebagai satuan pengaman (satpam) di Kedutaan Besar Australia.

Iswanto menceritakan, di hari itu, dia dan beberapa rekannya sesama satpam sedang bertugas menjaga arus lalu lintas di depan Kedubes Australia, Jalan HR Rasuna Said, Jakarta Selatan.

PAM Mineral Bagi-bagi Keuntungan Rp9 per Saham, Cek Jadwalnya!

Sekitar pukul 10.15 WIB, sebuah mobil boks warna putih melaju dari arah timur menuju ke arah Mampang, dan saat melintas di depan Kedubes Australia, pengemudi menurunkan kecepatan mobil.

"Saya mencoba mengarahkan mobil boks itu maju ke depan, agar tidak mengarah masuk ke gerbang kedutaan. Kira-kira baru tiga langkah saya mengarahkan, mobil itu sudah meledak," kata Iswanto di sebuah resto kawasan Slipi, Jakarta Barat, Sabtu, 10 September 2016.

Komitmen Cambridge English Dalam Tingkatkan Kualitas Bahasa Inggris Siswa dan Guru Sekolah di Indonesia

Seketika itu juga Iswanto terpental akibat ledakan keras dari mobil boks yang berada hanya beberapa meter dari tempanya berdiri. "Saya langsung tidak sadarkan diri karena semuanya sudah gelap, dan hanya bisa merasakan sakit," ujarnya.

Iswanto yang kini menjadi staf di Kedubes Australia itu menuturkan, betapa dahsyatnya ledakan tersebut hingga dirinya sempat tak sadarkan diri beberapa saat.

"Yang saya rasakan hanyalah panas yang luar biasa dan pakaian saya sudah compang-camping di bagian celana sampai paha, saking luar biasanya getaran ledakan tersebut," kata Iswanto.

Saat dibawa ke RS MMC Kuningan, Iswanto segera mendapatkan pertolongan untuk 38 luka akibat serpihan ledakan. Sementara itu, mata sebelah kanannya sama sekali gelap dan tidak dapat melihat.

"Kemudian saya dirujuk ke RS Aini dan di-scanning. Karena mata kanan saya kondisinya parah, sehingga saya harus dirujuk ke RS Cipto Mangunkusumo," ujarnya.

Sesampainya di RSCM, dokter Nila F. Moeloek yang kala itu menanganinya memberikan kabar buruk bahwa mata kanannya tidak bisa berfungsi kembali. Hingga tiga hari setelahnya, Iswanto pun dirujuk ke RS Medistra.

Setelah melakukan operasi lanjutan akibat serpihan bom yang masih bersarang di mata kanannya itu, Iswanto pun menjalani pemulihan dan konseling pascatrauma bersama Yayasan Pulih.

Hingga kini, Iswanto dan sejumlah korban bom lainnya, seperti bom JW Marriot dan bom Bali, akhirnya bergabung bersama Yayasan Pulih tersebut. Di sana, mereka aktif memberikan penyuluhan ke sekolah-sekolah, mengenai bahayanya tindak kekerasan dalam bentuk apapun, sekaligus memberikan pesan-pesan moral bagi para pelajar.

Diakuinya, hal ini turut berperan penting dalam upaya-upaya pemulihan pascatrauma yang dilakukannya, baik secara fisik maupun secara psikis.

"Saya sekarang menjadi anggota Yayasan Penyintas. Misi kami adalah menularkan pesan moral bahwa kekerasan adalah tindakan yang keliru, dan tindakan terorisme adalah tindakan yang salah dan harus dihindari di dunia ini," kata Iswanto. (ase)

Laporan Mohammad Yudha Prasetya dari Jakarta

Non-fungible token (NFT).

Teror Bom Kuningan, Konten Eksklusif VIA dalam Format NFT

Bom yang meledak di depan Kedubes Australia, Kuningan, Jakarta Selatan pada 9 September 2004 disebut publik sebagai "Bom Kuningan".

img_title
VIVA.co.id
23 Maret 2022