Saat di RS Abdi Waluyo, Keluarga Sudah Curiga Mirna Diracun
- Instgam #ariefmirna2015
VIVA.co.id – Dokter Ardianto, dokter umum di ruang gawat darurat Rumah Sakit (RS) Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta Pusat, saksi kedua yang dihadirkan Jaksa Penuntut Umum (JPU) dalam persidangan perkara kematian Wayan Mirna Salihin, menceritakan, keluarga Mirna sudah curiga putrinya tewas diracun saat Mirna dinyatakan meninggal, Rabu 6 Januari 2016.
Dalam kesaksiannya di ruang sidang Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Dokter Ardianto mengatakan, kecurigaan keluarga atas kematian tak wajar Mirna diungkapkan saat meminta Ardianto untuk mengambil sampel cairan di lambung Mirna.
"Karena merasa ada (curiga)Â kematiannya diracun," kata Ardianto, Senin 29 Agustus 2016.
Menurut Ardianto, keluarga Mirna meminta cairan lambung diperiksa, setelah tidak ditemukannya tanda-tanda Mirna tewas karena pendarahan di otak, seperti dugaan sebelumnya.
"Saya sempat berbicara dengan seorang pria yang ternyata adalah suaminya. Diceritakan korban masuk rumah sakit itu kenapa. Mulai dari minum kopi, sampai masuk rumah sakit," kata Ardianto.
Kemudian, lanjutnya, saat itu ia melihat bibir Mirna sudah nampak kebiruan. Lantas, dirinya pun menawarkan orangtua yang tak lama tiba di lokasi untuk dilakukan CT scan pada Mirna.
"Apa ada pembuluh darah pecah. Ternyata tidak ada kelainan, semua normal," kata dia.
Namun, permintaan untuk mengambil carian lambung tak bisa dipenuhi. Karena menurut Ardianto, fasilitas medis di rumah sakit itu tidak menunjang tindakan autopsi.
"Saya sempat mensarankan agar dibawa ke rumah sakit lain untuk autopsi, saat itu yang terdekat hanya RSCM," katanya.
Pihak RS Abdi Waluyo dalam rekam medisnya mencatat, Wayan Mirna tewas sebelum tiba di rumah sakit itu. Namun, sesuai prosedur, dokter di ruang gawat darurat tetap melakukan tindakan meskipun tanda-tanda kematian Mirna sudah terlihat ketika tiba di RS pukul 18.00 WIB.