Setiba di RS Abdi Waluyo, Wajah Mirna Sudah Pucat
- Facebook Mirna Salihin
VIVA.co.id – Prima Yudo, dokter ruang gawat darurat Rumah Sakit Abdi Waluyo, Menteng, Jakarta Pusat, mengaku tidak melihat lebam dan luka di tubuh Wayan Mirna Salihin, saat memberikan pertolongan pertama, ketika Mirna dibawa ke rumah sakit itu, usia mengalami hilang kesadaran di Kafe Olivier, Jalan MH Thamrin, Jakarta Pusat.
"Saya melihat pasien sangat pucat dan tidak ada lebam atau apa pun," kata Dokter Prima di hadapan Majelis Hakim Pengadilan Negeri (PN) Jakarta Pusat, Senin, 29 Agustus 2016.
Menurut dokter Prima dalam kesaksiannya di sidang perkara kematian Wayan Mirna ini, kondisi Mirna yang pucat itu alami, karena memang jantung Mirna saat tiba di rumah sakit sudah tak berdetak lagi.
"Saya tidak melihat bibir dan badan, saya melihat pasien membutuhkan pertolongan," kata Prima.
Dokter Prima menceritakan, Mirna tiba di RS Abdi Waluyo sekitar pukul 18.00 WIB, Rabu, 6 Januari 2016. Saat itu, dokter Prima sedang berada di dalam ruangan gawat darurat untuk memberikan tindakan medis ke seorang pasien.
"Saya lagi menangani pasien lain, ada satu yang datang, kebetulan yang datang bernama Mirna. Saya enggak sempat tanya apa-apa, saat datang, langsung menolong. Karena ada suara minta tolong," kata dokter Prima yang dihadirkan Jaksa Penuntut Umum (JPU) sebagai saksi.
Dokter Prima mengatakan, saat masuk ke ruang gawat darurat dan diperiksa, kondisi Mirna sudah pada posisi henti napas, henti nadi dan henti jantung.
"Pertama kali dicek nadi sudah tidak teraba. Setelah itu kita lihat gerakan di dada juga sudah tidak ada. Kami periksa mata dan refleks cahaya tidak ada dan pupil mata mengecil. Pasien meninggal sebelum sampai ke rumah sakit," ujar Prima. (ase)