Ahok Tuding Sekda DKI Lakukan Perlawanan Politik

Gubernur DKI Jakarta Ahok
Sumber :
  • VIVA.co.id/Fajar GM

VIVA.co.id – Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menuduh bawahannya, Sekretaris Daerah (Sekda) DKI Saefullah, telah melakukan tindakan yang mengarah kepada perlawanan politik terhadapnya.

Akhirnya! Ini Waktu Pramono-Rano Karno Ditetapkan Sebagai Gubernur dan Wagub Terpilih Jakarta

Ahok, sapaan akrab Basuki, lantas mengungkapkan insiden dimasukkannya sejumlah Pegawai Negeri Sipil (PNS) Pemerintah Provinsi (Pemprov) DKI calon lurah dan camat pada pelantikan pejabat di Balai Agung, Balai Kota DKI, Jumat, 27 November 2015.

Menurut dia, insiden itu sebagai contoh tindakan Saefullah 'menggalang massa' PNS yang dianggap berseberangan dengan Ahok, namun berada satu kubu dengan Saefullah.

Penetapan Hasto Kristiyanto oleh KPK Murni Hukum atau Bermuatan Politik? Ini Kata Analis Politik

"Kamu kira, Sekda enggak pasang orangnya (untuk menjadi) lurah dan camat?" ujar Ahok di Balai Kota DKI, Kamis 18 Agustus 2016.

Ahok menuding Saefullah, yang saat ini digadang-gadang akan menjadi calon wakil gubernur DKI berpasangan dengan Sandiaga Uno, melakukan hal itu sebagai strategi, agar potensi keterpilihan Ahok di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI 2017 berkurang.

Sosok Hasto Kristiyanto yang Dikabarkan Jadi Tersangka KPK, Mulai Gabung PDIP Sejak Tahun 2002

Dengan memiliki massa PNS yang loyal kepadanya, menurut Ahok, Saefullah bisa menggunakan mereka melakukan kampanye, baik itu kampanye untuk Saefullah sendiri, atau kampanye negatif untuk Ahok.

Ahok mengatakan, kecurigaannya itu juga menjadi dasar bagi dia untuk membatalkan pelantikan mereka saat itu. "Saya langsung potong kan (batalkan pelantikan). Kamu kira, (Saefullah) enggak pasang-pasang orang untuk kampanye?" ujarnya.

Sebelum peristiwa itu, menurut Ahok, Saefullah juga telah melakukan beberapa kali pelantikan pejabat strategis tanpa sepengetahuan dirinya.

Lagipula, Ahok mengatakan, Saefullah adalah pejabat yang beberapa kali menentang kebijakannya. Misalnya tentang keputusan Ahok untuk melarang dilakukannya transaksi tunai di lingkungan Pemerintah Provinsi DKI. Kebijakan untuk memperkecil kemungkinan korupsi itu, kata dia, sempat dihambat Saefullah.

"Saya ngotot (menjalankan kebijakan) enggak boleh tarik kontan. Sekda pertama masih minta tawar menawar (supaya kebijakan tak diterapkan)," ujar Ahok.

Ahok meminta wartawan menyaksikan sendiri rekaman rapat pimpinan (rapim) yang telah diunggah ke YouTube. Menurutnya, Saefullah juga sempat berusaha beberapa kali menghambat instruksi pembelian sejumlah lahan yang dikeluarkannya.

Menurut Ahok, kecurigaannya akan ada perlawanan politik dari Saefullah semakin mengemuka saat ini, ketika Saefullah digadang-gadang turut maju memperebutkan kursi kepala daerah.

Saefullah sendiri telah menyatakan kesiapannya untuk maju, berpasangan dengan bakal calon gubernur DKI dari Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) Sandiaga Uno, jika partai politik memang memiliki niat mengusungnya.

Ahok menuduh lawan politiknya, Wakil Ketua DPRD DKI dari Partai Gerindra, Mohamad Taufik, turut berperan dalam strategi memperalat Saefullah untuk melakukan perlawanan politik terhadapnya. "Sekarang kami bisa baca juga kan, Sekda sama Taufik dekat," ujar Ahok. (asp)

Ketua Umum PDI Perjuangan Megawati Soekarnoputri dan Sekjen PDI Perjuangan Hasto Kristiyanto.

Terpopuler: Perwira Polisi Mesum dengan Istri Orang, Prediksi Sikap Politik PDIP usai Hasto Tersangka

Penetapan status tersangka terhadap Sekretaris Jenderal PDIP Hasto Kristiyanto oleh KPK menuai polemik yang luas di masyarakat. Ditengarai sarat motif politik.

img_title
VIVA.co.id
27 Desember 2024