- VIVAnews/Ahmad Rizaluddin
VIVA.co.id – Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, heran dengan kemarahan yang ditunjukkan Wali Kota Surabaya Tri Rismaharini, atas pernyataannya, yang membandingkan Kota Surabaya dengan salah satu kotamadya di Jakarta.
Ahok, sapaan akrab Basuki, mengatakan pernyataannya itu tidak bertujuan untuk meremehkan peran Risma, yang oleh sejumlah kalangan dianggap berhasil menata Kota Surabaya. Ahok bermaksud mengatakan, Risma boleh menjadikan prestasinya itu sebagai modal baginya berkampanye jika berpartisipasi di Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI 2017.
"Bukan saya mau mengecilkan Ibu Risma, apalagi mau menyakiti orang Surabaya," ujar Ahok di Balai Kota DKI, Jumat, 12 Agustus 2016.
Ahok mengatakan, Risma juga pernah memberi pernyataan yang bernada mengkritik untuknya. Risma, pada Minggu, 14 Februari 2016, mengkritik cara Pemerintah Provinsi DKI melakukan penertiban terhadap lokalisasi prostitusi terselubung Kalijodo.
Risma, yang merupakan kader Partai Demokrasi Indonesia (PDI) Perjuangan, membandingkan dengan tindakan penertiban lokalisasi Dolly di Surabaya. Menurutnya, penertiban tidak perlu dilakukan secara paksa.
"Waktu saya hancurin Kalijodo, Ibu Risma kritik saya habis," ujar Ahok.
Namun, Ahok mengatakan, pada saat itu, ia tidak mengeluarkan pernyataan bernada emosi kepada Risma. Dia saat itu membuat perbandingan antara tindakan penertiban lokalisasi Dolly dan Kalijodo.
Ahok mengatakan, tujuan Risma menertibkan Dolly memang untuk memberantas prostitusi. Sementara, Ahok menertibkan Kalijodo untuk mengembalikan fungsi kawasan menjadi zona hijau, tidak dijadikan permukiman, apalagi lokalisasi prostitusi terselubung.
Dengan demikian, tindakan yang harus diambil, memang berbeda. "Ada enggak saya, atau orang Jakarta, marah (Sewaktu Risma mengkritik penertiban Kalijodo)? Saya cuma anggap, kalau dikritik, ya saya belajar. Konteksnya beda. (Penertiban) Dolly sama Kalijodo beda," ujar Ahok.
(ren)