Pengakuan Blak-blakan Mahasiswi Pembuat Mi Bikini
Minggu, 7 Agustus 2016 - 15:04 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id / Anwar Sadat
VIVA.co.id
- Penyidik Kepolisian Resor Kota (Polresta) Depok masih memeriksa DP alias Tw (19), mahasiswi pembuat makanan ringan berlabel Bihun Kekinian (Bikini).
Kepala Satuan Reserse Kriminal Polresta Depok, Komisaris Polisi Teguh Nugroho mengatakan, dari hasil pemeriksaan, Tw memang sengaja membuat produk itu untuk memenuhi tugas kuliah.
"Jadi hasil interogasi motifnya bermula dari tugas kampus dia, di mana disuruh membuat produk dan menjual ternyata dapat respons yang lumayan," ujarnya kepada VIVA.co.id, Minggu, 7 Juli 2016.
"Dia hanya menjualnya secara online. Itu juga sudah kami telusuri ke sejumlah toko dan warung dan hasilnya memang tidak kami temukan produk yang diduga mengandung unsur pornografi tersebut,” ujar Teguh menambahkan.
Baca Juga :
Mi Bikini Tidak Terdaftar di Badan POM
Sementara Tw tak mengira jika produk yang dihasilkannya akan menimbulkan kontroversi. Kepada awak media, Sabtu, 6 Agustus 2016, melalui tulisannya, Tw menceritakan awal produksi makanan ringan itu.
Baca Juga :
Semarang Segera Razia 'Mi Bikini'
Kejadian bermula ketika Tw mendapatkan tugas dari sekolah bisnis di kampusnya di kawasan Bandung, Jawa Barat. Dengan nama project home business, dia diharuskan membuat produk sendiri dari belanja barang, mengolahnya, hingga kemasannya.
“Kami dibuat per kelompok, saya berlima dengan teman-teman saya. Pada saat itu semua memberikan ide-ide produk masing-masing. Saya memberikan ide membuat bihun goreng ini," ujarnya.
Dia menambahkan, "Ide bihun goreng ini juga tidak murni dari saya, tapi melihat di dekat rumah saya ada yang menjual seperti itu dan banyak yang suka jadi saya berpikir kalau produk ini bisa diterima masyarakat."
Untuk nama Bikini, menurut Tw, hal itu spontan karena memang singkatan dari Bihun Kekinian. “Desain tidak ada sedikitpun terpikir kalau itu termasuk pornografi karena saya dan teman-teman berpikir bikini itu nama baju renang. Jadi tidak menyangka kalau namanya dipikir tidak senonoh," ujarnya.
Adapun untuk gambar, lanjut dia, karena namanya bikini terpikir gambar dan desain yang pas sesuai dengan namanya. Dalam gambar kemasan produknya itu, Tw dan sejumlah rekannya tetap memasukan gambar mi yang sedang dipegang oleh sosok wanita dengan tambahan slogan “remas aku”.
“Slogan diberikan oleh guru (dosen) saya yang juga mengajarkan materi untuk marketing dan idenya. Kata remas aku juga bukan dimasudkan untuk meremas dada yang ada di gambar tersebut yang orang-orang mengartikan seperti itu," ujar Tw dalam tulisannya.
"Kata remas aku pun dimaksudkan meremas isi kemasan tersebut sebelum dimakan. Kata remas aku itu digambarkan ke arah snack yang dipegang oleh gambar di kemasan,” Tw menambahkan.
Awal produksinya, lanjut Tw, saat masih menjalankan project berlokasi di salah satu indekos kelompoknya, di daerah Geger Kalong, Bandung, Jawa Barat. Saat project berlangsung pun bikini hanya keluar sekitar 2.100 buah. Rata-rata orang yang membelinya karena penasaran dengan bihun goreng.
“Mereka pun banyak yang melakukan repeat order (memesan kembali) karena rasanya yang enak. Setelah project selesai ternyata masih banyak yang ingin membeli produk kami, akhirnya kami putuskan untuk menjual brand tersebut ke kakak salah satu tim kami,” ujarnya.
Setelah itu, tidak ada produksi lagi karena belum ada yang mengerjakannya. Usai Tw selesai dari sekolah itu, dia membeli lagi brand tersebut. "Karena kakak saya yang membelinya pada waktu itu. Kakak saya pun setuju untuk menjualnya kembali," katanya.
Beberapa bulan kemudian, produk itu masih belum produksi. Akhirnya produksi dimulai lagi pada April tetapi hanya 1.000 buah. Setelah itu, pada Juni dimulai produksi sekitar 10.000 buah tetapi diproduksi tidak sekaligus, melainkan hanya keluar 2.000 bungkus per bulan. Sampai Agustus ini, produk itu habis terjual hanya 6.000 bungkus.
(mus)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Dia menambahkan, "Ide bihun goreng ini juga tidak murni dari saya, tapi melihat di dekat rumah saya ada yang menjual seperti itu dan banyak yang suka jadi saya berpikir kalau produk ini bisa diterima masyarakat."