Ibu Bayi 6 Bulan Tuding Dokter RS Harapan Bunda Salah Suntik
- Anwar Sadat - VIVA.co.id
VIVA.co.id – Rumah Sakit Harapan Bunda (RSHB) Kramat Jati, Jakarta Timur tak hanya tersandung kasus penggunaan vaksin palsu. Dokter di rumah sakit itu juga terancam terseret kasus malapraktik.
Masalah baru itu muncul setelah Riskey Lorensia. Perempuan berusia 33 tahun itu mengaku anaknya diduga kuat menjadi korban vaksin palsu sekaligus malapraktik di RS Harapan Bunda.
Riskey hari ini mendatangi Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA) Pasar Rebo Jakarta Timur untuk mengadukan masalah yang dialami anaknya, Alviando Kenzo. Pada tubuh bayi berumur enam bulan itu tumbuh benjolan setelah divaksin di RS Harapan Bunda.
Riskey menceritakan, awalnya ia melakukan vaksin pertama untuk anaknya dengan Dokter Harmun di RS Harapan Bunda, dan belum terjadi apa-apa. Kemudian, untuk kali kedua, Riskey melakukan vaksin BCG bagi Alviando pada tanggal 5 Maret 2016. Karena dokter Harmun saat itu tidak ada, anaknya ditangani oleh Dokter Indra.
"Setelah sekitar satu minggu dari vaksin BCG itu, tumbuh benjolan sekitar 15 centimeter dari suntikan, yaitu di selangkangan anak saya. Terus saya tanya ke Dokter Harmun yang menangani vaksin pertama, katanya enggak apa-apa," ujar Riskey di Komnas PA, Senin 25 Juli 2016.
Riskey mengatakan, saat konsultasi dokter Harmun sempat bertanya, di mana vaksin BCG itu disuntikan dan siapa yang menyuntikan? Riskey menjawab, anaknya diberikan vaksin BCG dan disuntik oleh Dokter Indra.
"Setelah saya jawab, Dokter Harmun bilang, ‘Saya kalau suntik BCG enggak pernah di paha.’ Dokter Harmun kemudian menyarankan agar benjolan tersebut dikompres dengan menggunakan air hangat," ujar Riskey.
Setelah dikompres, benjolan tersebut tidak mereda, bahkan semakin besar. Saat benjolan tersebut membesar, badan anaknya panas dan mengalami peningkatan suhu tubuh. Demam itu berlangsung sampai tiga hari hingga benjolan tersebut pecah dan mengeluarkan darah dan nanah.
"Benjolan tersebut pecah, kemudian terdapat tiga lubang," kata Riskey.
Dia akhirnya memeriksakan anaknya ke RSPAD Gatot Subroto. Setelah cek laboratorium, lanjut Riskey, dari hasil tes lab dan keterangan seorang dokter di RSPAD benjolan tersebut muncul karena dokter terlalu dalam menyuntikkan vaksin. Selain itu, dosis yang diberikan juga terlalu tinggi.
"Kata dokter anak RSPAD, Yenny Purnama, ini salah menyuntikkan. Dosisnya juga terlalu tinggi, sehingga si anak tidak bisa menerima," kata Riskey.
Saat ini, menurut Riskey, kondisi benjolan anaknya masih belum membaik. Masih keadaan luka dan masih mengeluarkan cairan.
Atas hal itu, ia juga meminta pada pihak Rumah Sakit Harapan Bunda dan juga Kementerian Kesehatan agar dapat memberikan kejelasan terkait apa yang dialami anaknya itu.
"Saya takut anak saya, selain jadi korban vaksin palsu, juga korban malapraktik," ujarnya.
(ren)