Polisi Usut Keterlibatan Pengurus Jakmania atas Ricuh di GBK
- ANTARA FOTO/Aprillio Akbar
VIVA.co.id – Kepolisian Daerah Metro Jaya telah menetapkan 10 anggota Jakmania sebagai tersangka dalam kerusuhan berdarah yang terjadi di Stadion Utama Gelora Bung Karno (SUGBK) pada 24 Juni lalu. Tapi, penyelidikan kasus itu tak cukup berhenti sampai di situ.
Menurut Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Kombes Pol Awi Setiyono, tidak menutup kemungkinan pengurus organisasi suporter Persija Jakarta juga bisa ditetapkan sebagai tersangka.
"Kalau ada keikutsertaan melakukan perbuatan itu, sampai ke mana pun orang itu, pengurus atau siapa pun kita akan telusuri," kata Awi kepada wartawan di Markas Polda Metro Jaya, Rabu 29 Juni 2016
Awi mengatakan, dalam waktu dekat, bisa saja penyidik Polda Metro Jaya memanggil seluruh pengurus Jakmania.
"Intinya kalau pengurus The Jakmania diperiksa apa enggak semua harus ada benang merah. Kalau benang merahnya ada, tentu kita akan lakukan pemeriksaan. Kita juga tidak ingin buang-buang energi. Prosesnya demikian," katanya.
Dalam kerusuhan antara Jakmania dan petugas kepolisian di GBK, diketahui menyebabkan puluhan Jakmania harus dilarikan ke rumah sakit, empat petugas kepolisian terluka, dan sejumlah kendaraan dirusak serta dibakar.
Diketahui, sebenarnya, tak ada ketegangan yang terjadi antara suporter Persija dengan suporter tim tamu Sriwijaya FC, meskipun dalam laga itu, klub sepakbola berjuluk Laskar Wong Kito, mampu mengalahkan tuan rumah dengan skor tipis 0-1.
Baik Jakmania maupun Singa Mania sama-sama saling menjaga ketertiban. Bahkan, selama laga berlangsung, kedua kelompok suporter terlihat sangat bersahabat.
Keributan baru muncul ketika suporter Persija mulai melempari petugas keamanan dengan berbagai benda tumpul. Stadion dibuat gaduh, apalagi ketika ribuan Jakmania mengibarkan bendera kuning, yang menandakan, mereka masih berduka atas kematian Fahreza, Jakmania wilayah Jakarta Selatan, yang tewas akibat dipukuli petugas kepolisian dalam laga Persija melawan Persela Lamongan.
Sejumlah spanduk bertuliskan kalimat berduka untuk Fahreza terbentang di beberapa penjuru stadion. Dari situlah, tiba-tiba muncul yel-yel yang menyebut polisi sebagai pembunuh Fahreza. Seketika itun juga GBK bergelora, suporter tak hanya menyerang petugas kepolisian dari atas tribun. Tapi juga masuk ke dalam lapangan.
Bentrokan tak terhindarkan. Jakmania terus menyerang polisi. Bahkan, karena kalah jumlah, petugas kepolisian dipukul mundur. Pertandingan pun sempat dihentikan, untuk mencegah bentrokan meluas.
Ternyata, di luar lapangan, bentrokan tak kunjung mereda, meski waktu sudah menunjukkan dini hari. Hingga akhirnya, empat anggota polisi ditemukan dalam kondisi terluka.
(ren)