Dipukuli Jakmania di GBK, Brigadir Hanafi Kini Cacat
- ANTARA FOTO/Wahyu Putro A
VIVA.co.id – Brigadir Hanafi, anggota Brimob Polda Metro Jaya yang terluka parah akibat kerusuhan Jakmania di Stadion Gelora Bung Karno (SUGBK), dalam laga Persija Jakarta dan Sriwijaya FC, dipastikan mengalami cacat fisik. Dia harus kehilangan salah satu dari sepasang matanya.
Tim medis terpaksa mengangkat salah satu bola mata Brigadir Hanafi karena telah mengalami kerusakan akibat tindak kekerasan.
"Bola matanya yang kiri diangkat karena korneanya sudah rusak, sudah mengering dan jaringan sarafnya juga sudah rusak," ujar Kepala Bidang Humas Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi, Awi Setiyono kepada VIVA.co.id, Rabu 29 Juni 2016.
Menurut Awi, operasi pengangkatan bola dilakukan setelah berdasarkan hasil pemeriksaan medis, bola mata sebelah kiri korban, tak dapat lagi berfungsi.
"Yang kanan belum. Masih diperiksa," kata Awi.
Awi menjelaskan, operasi pengangkatan bola mata korban dilakukan di RS Pertamina pada Selasa, 28 Juni 2016 sekitar pukul 17.00 WIB.
Sementara itu, usai menjalani operasi pengangkatan bola mata, berangsur-angsur kondisi Brigadir Hanafi membaik. Meskipun alat bantu pernafasan dan infus masih terpasang di tubuhnya.
Brigadir Hanafi merupakan satu dari empat anggota kepolisian yang terluka parah dalam kerusuhan antara Jakmania dengan petugas keamanan dalam laga lanjutan Torabika Soccer Championship (TSC) 2016.
Sebenarnya, tak ada ketegangan yang terjadi antara suporter Persija dengan suporter tim tamu, meskipun dalam laga itu, klub sepakbola berjuluk Laskar Wong Kito, mampu mengalahkan tuan rumah dengan skor tipis 0-1.
Baik Jakmania maupun Singa Mania sama-sama saling menjaga ketertiban. Bahkan, selama laga berlangsung, kedua kelompok suporter terlihat sangat bersahabat.
Keributan baru muncul ketika suporter Persija mulai melempari petugas keamanan dengan berbagai benda tumpul. Stadion dibuat gaduh, apalagi ketika ribuan Jakmania mengibarkan bendera kuning, yang menandakan, mereka masih berduka atas kematian Fahreza, Jakmania wilayah Jakarta Selatan, yang tewas akibat dipukuli petugas kepolisian dalam laga Persija melawan Persela Lamongan.
Sejumlah spanduk bertuliskan kalimat berduka untuk Fahreza terbentang di beberapa penjuru stadion. Dari situlah, tiba-tiba muncul yel-yel yang menyebut polisi sebagai pembunuh Fahreza. Seketika itun juga GBK bergelora, suporter tak hanya menyerang petugas kepolisian dari atas tribun. Tapi juga masuk ke dalam lapangan.
Bentrokan tak terhindarkan. Jakmania terus menyerang polisi. Bahkan, karena kalah jumlah, petugas kepolisian dipukul mundur. Pertandingan pun sempat dihentikan, untuk mencegah bentrokan meluas.
Ternyata, di luar lapangan, bentrokan tak kunjung mereda, meski waktu sudah menunjukkan dini hari. Hingga akhirnya, empat anggota polisi ditemukan dalam kondisi terluka.