Eks Relawan Jelaskan Kecurangan 'Teman Ahok' Kumpulkan KTP
- Irwandi
VIVA.co.id – Selain dengan cara melakukan tukar-menukar data KTP antar penanggung jawab (PJ) kelurahan dari wilayah lain yang sudah pernah dikumpulkan, pengumpulan KTP untuk mendukung Basuki Tjahaja Purnama maju sebagai calon perseoarang dalam Pilkada DKI 2017, dilakukan dengan beragam cara lain.
Mantan penanggung jawab (PJ) pengumpul data kartu tanda penduduk (KTP) Teman Ahok dari Kelurahan Kelapa Dua, Jakarta Barat, Richard Sukarno, mengungkapkan praktik kecurangan terpaksa dilakukan karena mereka dikejar target demi mengumpulkan target 140 KTP setiap minggu dan mendapatkan bayaran Rp500 ribu.
"Kami kumpulkan (KTP), kami dapatkan dengan bermacam-macam cara. Kalau saya jujur, kami dikejar target," kata Richard Sukarno di Restoran Dua Nyonya, Cikini, Menteng, Jakarta Pusat, Rabu, 22 Mei 2016.
Cara-cara tersebut, lanjut Richard, dengan cara membeli dari oknum kelurahan, hingga membeli KTP dari beberapa counter pulsa. Praktik kecurangan itu juga diajarkan koordinator pos yang membawahi para penanggung jawab pengumpul KTP.
"Antara lain menggunakan data KTP yang dikumpulkan untuk program KKS Joko Widodo (Jokowi), main dengan oknum Kelurahan, membeli KTP dari beberapa counter pulsa dan cara cara yang lain," katanya.
Ditambahkan Richard, selain dengan cara tadi, para penanggung jawab juga diajari melakukan kecurangan dengan cara kongkalikong dengan rekan lain yang menjaga booth Teman Ahok yang ada di mall-mall.
"Yang terjadi di booth mall-mall kan real, antusias masyarakat tinggi di sana, satu booth bisa 500 sampai 1.000 KTP sebulan. Kita kan dikejar 140 per minggu, kita main ke mall, walau sudah di larang, tapi atasan (Korpos) kita yang perintah, jadi terjadi itu jual beli data, bagaimana caranya kita cincai dengan yang di booth, digeser 50 sampai 100 KTP kan tidak apa-apa. Kalau ketahuan, kena sanski diberi surat peringatan (SP)," katanya.
Atas rasa tanggung jawab dan bersalah dengan tindakan yang dilakukan, akhirnya Richard memilih berhenti dan menyampaikan praktik kecurangan ini kepada masyarakat.
"Saya bertanggung jawab secara moral, makin kemari kebohobgan semakin nyata. Saya merasa berdosa karena rakyat kita dididik politik kebohongan," kata dia.
(ren)