Demi Selfie, Gadis Ini Pakai Seragam Prajurit TNI
- anteve
VIVA.co.id – Demi mendapatkan hasil foto selfie yang menarik, seorang gadis nekat menyamar menjadi Wanita Angkatan Udara (Wara) Tentara Nasional Indonesia Angkatan Udara (TNI AU), dan mengenakan seragam lengkap kesatuan militer itu. Sayangnya, akibat keisengannya itu, dia harus berurusan dengan kepolisian.
Gadis itu bernama Duwi Pratiwi, ia diamankan petugas kepolisian di Lorong Virgin, kawasan Taman Fatahillah, Kelurahan Pinangsia, Kecamatan Taman Sari, Jakarta Barat.
Penyamaran wanita berusia 29 tahun itu terbongkar setelah seorang anggota Korps Wanita Angkatan Darat (Kowad) bernama Letda Ni Made Citra, curiga dengan tanda pangkat TNI yang dikenakan Duwi di lokasi.
"Jadi Letda Ni Made Citra dan kawan-kawannya sedang buka puasa bersama, kemudian melihat Duwi mengenakan pakaian TNI AU. Namun pangkatnya hanya berada di sebelah kanan saja dan pelapor merasa curiga," kata Kapolsek Taman Sari AKBP Nasriadi, kepada VIVA.co.id, Minggu malam, 12 Juni 2016
Karena curiga, menurut Nasriadi, Ni Made Citra berusaha mencari tahu dan menanyakan langsung ke Duwi. Tapi saat ditanya, Duwi marah dan kukuh mengatakan dirinya berasal dari kesatuan di Halim, Jakarta Timur.
Bahkan, Duwi sempat berbohong saat Ni Made Citra menanyakan Kartu Tanda Anggota (KTA). "Pelaku ini bilang KTA-nya hilang, karena kecopetan," ujar Nasriadi.
Karena terus didesak dan terus ditanya Ni Made Citra, Duwi pun panik dan kebingungan. Akhirnya Duwi mengakui dirinya bukanlah anggota TNI AU dan mengatakan mengenakan seragam TNI AU hanya untuk berfoto selfie di Kawasan Kota Tua.
"Dia mengaku kalau bukan anggota (TNI AU), katanya cuma untuk foto-foto saja. Diduga anggota Wara gadungan, akhirnya untuk penyelidikan yang bersangkutan kita amankan," ujarnya
Untuk penyelidikan, pihak kepolisian telah mengamankan satu setel seragam TNI AU (WARA) berpangkat Sertu, serta satu buah KTP atas nama Duwi.
Belajar dari Kasus Remaja 14 Tahun Bunuh Ayah dan Neneknya, Apa yang Dilakukan Orangtua Untuk Cegah Hal Tersebut?
Lantas benarkah ada kaitan antara pola pengasuhan anak terhadap tindakan kekerasan yang dilakukan anak?
