Majelis Pelayan Jakarta Promosikan 7 Penantang Ahok
- VIVA.co.id / Irwandi Arsyad
VIVA.co.id – Majelis Pelayan Jakarta menggelar pertemuan dengan mengundang sejumlah bakal calon Gubernur DKI Jakarta di Masjid Al Azhar, Kebayoran Baru, Jakarta Selatan, Jumat 10 Juni 2016. Pertemuan tersebut untuk merekomendasikan penantang petahana Basuki Tjahja Purnama atau Ahok dalam Pemilihan Kepala Daerah di Ibu Kota tahun 2017.
Juru bicara Majelis Pelayan Jakarta, Ustaz Bachtiar Nasir, mengatakan silaturrahmi itu merupakan proses untuk memilih dan mencari calon pemimpin Jakarta pada 2017 mendatang yang berasal dari umat Muslim.
"Kami dari Majelis Pelayan Jakarta, bersama tokoh-tokoh ulama Jakarta dan lainnya akan terus berusaha bergabung dengan kawan-kawan yang sudah ada gerakan GMJ dan tokoh-tokoh (tokoh Muslim) lain yang konsen ini. Insya Allah kami akan menjadi bagian yang sama untuk komit memilih Gubernur (DKI Jakarta) Muslim tahun 2017," kata Bachtiar di lokasi.
Bachtiar menerangkan, dari tujuh nama bakal calon gubernur yang masuk dalam pertimbangan Majelis Pelayan Jakarta akan mengurucut menjadi satu nama. Hal tersebut tergantung kepada kapabilitas, popularitas dan elektabilitas masing-masing calon. Namun, dia memastikan semua sepakat akan mendukung satu nama yang paling ideal antara ketujuh tersebut.
"Untuk itu, kita memang harus idealnya punya satu calon. Ideal satu kan enggak bisa mendadak satu, tapi perlu proses dan memberikan kesempatan kepada mereka yang punya kompetensi untuk itu. Mereka akan berjuang sampai nanti kita lihat, antara mereka siapa yang mempunyai kapabalitas paling tinggi secara hitungan-hitungan politis dan secara hitungan dakwah Islam di Indonesia," kata dia.
Ada tujuh nama bakal calon gubernur DKI Jakarta yang akan dipertimbangkan dan dimusyawarahkan oleh Majelis Pelayan Jakarta, yakni Adhyaksa Dault, Nurdin Abdullah, Sandiaga Salahuddin Uno, Sjafrie Sjamsoedin, Suyoto, Yusril Ihza Mahendra dan Ustaz Yusuf Masur.
Meskipun hanya beberapa bakal calon yang hadir, Bachtiar yakin bahwa mereka sudah berkomitmen dengan Majelis Pelayan Jakarta untuk mencari satu yang paling Ideal.
"Bulan Ramadan bagi kami adalah momentum paling penting untuk sosialisasikan dakwah kepemimpinan Islam di Indonesia. Dan harusnya bukan hanya tahun 2017 sampai 2019 dan seterusnya. Umat Islam harus dipimpin oleh umat Islam," ujar dia.
Bachtiar menegaskan, mencari pemimpin DKI Jakarta yang berasal dari Umat Islam merupakan sebuah hak demokrasi dan proses demokrasi yang harus dihargai.
"Ini merupakan hak demokrasi kita sebagai umat Islam di Indonesia saat ini dan ini juga merupakan sebuah proses demokrasi kita akan mencoba mencari tokoh-tokoh (bakal calon Gubernur DKI Jakarta dari Muslim)," ungkap Bachtiar.
Bachtiar Nasir menegaskan, Majelis Pelayan Jakarta merupakan orang-orang yang lahir dari umat (Muslim) namun tidak berapliasi dengan Partai Politik manapun.
"Majelis Pelayan Jakarta lahir dari umat dan tidak berafiliasi dengan Partai Politik mana pun," ujar dia.
(ren)