Peta Pilkada DKI: Masih Cair, Semua Kemungkinan Bisa
- Antara/ Yudhi Mahatma
VIVA.co.id – Partai Demokrasi Indonesia Perjuangan (PDIP) dan Partai Gerakan Indonesia Raya (Gerindra) wacanakan untuk berkoalisi di Pilkada mendatang. Pengamat Politik dari Universitas Indonesia, Eep Saefulloh Fatah menilai putusan PDIP dan Gerindra itu dianggap adalah hal yang wajar.
Saat ini, kata pria yang akrab disapa kang Eep itu, sejumlah partai sedang melakukan penghitungan, yang dihitung itu adalah potensi kemenangan terbesar disertai dengan tindakan yang akan diambil partai politik.
Salah satunya, koalisilah yang menjadi pilihan ketika mereka anggap ada kompetitor yang punya peluang besar untuk menang atau ketika mereka harus berhadapan dengan inkumben.
"Wajar jika PDIP dan Gerindra memandang perlu untuk menjajaki koalisi. Ini proses begitu biasa yang terjadi di mana saja. Sejarah koalisi PDIP- Gerindra bukan hal yang baru dengan segala cerita sukses dan gagalnya," ujar Eep usai diskusi Rakernas PAN di Hotel Grand Mercure, Jakarta Minggu 29 Mei 2016.
Menurutnya, yang menjamin kemenangan bukanlah seberapa besar koalisi partai. Contohnya, ketika Jokowi-Ahok maju di pilkada sebelumnya, mereka mengalahkan inkumben yang didukung kekuatan koalisi besar. Sementara perhitungannya 17 lawan 83, alhasil yang menang adalah 17.
"Tidak ada hubungan serta merta antara besaran koalisi dengan kemenangan, di banyak pilkada yang banyak menentukan bukan postur partai, tapi seberapa atraktif kandidat yang mereka usung, kuncinya ada di kandidat," ucap dia.
Dia mengaku belum memprediksi siapa kandidat yang akan diusung koalisi ini di Pilkada. "Yang jelas masih begitu cair kalau sekarang," ujar dia.