Pengamat: Jangan Lawan Ahok dengan SARA
- VIVA.co.id / Fajar GM
VIVA.co.id – Jelang Pilkada DKI Jakarta, konstalasi politik semakin memanas. Para bakal calon gubernur DKI Jakarta mulai saling serang dengan berbagi pernyataan. Petahana Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama atau sering disapa Ahok masih menjadi yang terkuat.
Namun bukan berarti, Ahok tak bisa dikalahkan. Direktur Eksekutif 7 (Seven) Strategic Studies, Guevara Santayana mengatakan perlawanan bisa dilakukan oleh bakal calon gubernur lain terhadap, Ahok dengan cara merebut hati para pemilih di Ibu Kota.
"Tidak melakukan serangan berbau SARA (suku agama ras dan antar golongan) dalam menjatuhkan citra Ahok. Para pesaing Ahok harus betul-betul menggunakan kekuatan citra pribadi yang mengedepankan kereligiusan, kesantunan, silahturahmi, tepa selira, bijaksana, jujur, akomodir dan menekankan tidak kompromi terhadap segala bentuk penyelewengan amanat rakyat," katanya di Jakarta, Sabtu 21 Mei 2016.
Ia menjelaskan karakter keras, Ahok dapat menjadi koreksi bagi calon pemimpin DKI selanjutnya. Calon pesaing Ahok dengan karakter citra di atas dapat dengan mudah diterima oleh kalangan-kalangan tua di Jakarta.
Selanjutnya program kesehatan DKI, yang bisa digunakan para pesaing Ahok, seperti Kartu Jakarta Sehat (KJS), sudah hampir semua warga DKI pernah mendengar. Tapi apakah warga DKI yang layak mendapat pelayanan tersebut dapat merasakannya?
"Di sini pesaing Ahok dapat masuk tanpa mengkritisi program yang ada, akan tetapi pesaing Ahok dapat mensosialisasikan program-program ini akan di tambahkan," ujarnya.
Selain itu bidang pendidikan untuk warga DKI bisa dimanfatkan pesaing Ahok. Masih banyak warga DKI yang tidak mampu tetapi tidak tertampung di sekolah negeri setempat. Santayana menambahkan strateginya adalah menghentikan perseteruan di muka umum yang menyerang Ahok secara terbuka dalam menyikapi kebijakan-kebijakan Pemprov DKI.
"Misalnya dalam hal penggusuran, salah satu bakal calon pesaing Ahok menggunakan isu ini untuk menarik perhatian umum khususnya warga DKI dengan menjadi pendamping hukum warga korban gusuran. Artinya manuver ini menjadi kontra produktif bagi bakal calon gubernur yang bersangkutan," paparnya.
Hanya program yang dapat diajukan para pesaing Ahok dalam merebut hati para pemilih DKI yang sudah jatuh hati kepada Ahok, tanpa harus menggunakan kampanye hitam.
"Saat ini bakal calon Gubernur pesaing Ahok masih menggunakan cara-cara konvensional yang bisa menjadi boomerang buat mereka sendiri. Ahok memahami itu tidak akan berpengaruh karena masyarakat, Jakarta rasional," katanya.