Korban Kebakaran di Ruang Chamber RSAL Tuntut Keadilan
- Foe Peace
VIVA.co.id – Salah satu keluarga korban kebakaran yang disertai ledakan di ruang tabung chamber Pulau Miangas Gedung Ruang Udara Bertekanan Tinggi (RUBT) Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Mintohardjo, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, mendatangi Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia (MKDKI), Selasa, 17 Mei 2016.
Kedatangan keluarga Edy Suwardi Suryaningrat dan dr. Dimas Qadar Raditiyo, yang menjadi korban dalam insiden itu, guna mendorong MKDKI segera melakukan investigasi yang netral dan independen. Serta memeriksa tenaga kesehatan RSAL Mintohardjo, dengan mengedepankan asas-asas keadilan dan kepastian hukum juga perlindungan hak-hak dari seluruh korban.
Dari pantauan VIVA.co.id, rombongan keluarga tiba sekitar pukul 14.00 WIB. Mereka langsung memasuki ruang pengaduan. Keluarga datang sambil membawa foto-tofo korban.
"Ini semuanya meninggal, saya tidak takut dengan siapapun, hukum harus ditegakkan. Pihak RSAL Mintohardjo harus bertanggungjawab, yang meninggal ini bukan binatang, ini manusia," ujar salah satu perwakilan keluarga korban, Susilowati Muchtar pada pihak MKDKI yang menerima mereka.
Susilowati terlihat kesal dan menuntut agar kasus yang menimpa suaminya, Edy Suwardi Suryaningrat, serta anaknya, dr. Dimas Qadar Raditiyo, dan besannya Irjen Pol (Purn) Abubakar Nataprawira, segera diusut hingga tuntas. Bukan malah dilupakan begitu saja.
"Enggak ada keseriusan dari pihak MKDKI. Anak saya ini juga dokter, kenapa tak diseriusi. Kasus yang jauh saja yang di Maluku (tewasnya dokter muda Dionisius Giri Samudra atau Andra) diurusi. Ini kasus anak saya tidak direspons, Menteri Kesehatan (Menkes) di mana?," ujar Susilowati.
Seperti diketahui, empat orang tewas dalam kebakaran disertai ledakan di ruangan tabung chamber Pulau Miangas, Gedung RUBT RSAL Mintohardjo, Bendungan Hilir, Jakarta Pusat, Senin, 14 Maret 2016 lalu.
Korban tewas yakni, mantan Kepala Divisi Humas Mabes Polri, Irjen Pol (Purn) Abubakar Nataprawira dan Ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulistyo, Edy Suwardi Suryaningrat dan dr. Dimas Qadar Raditiyo. (ase)
