Digusur Ahok, Warga Pasar Ikan Bangun 'Istana' di Reruntuhan
- VIVA.co.id / Danar Dono
VIVA.co.id – Warga korban gusuran kawasan Wisata Bahari Sunda Kelapa, Penjaringan, Jakarta Utara, yakni Kampung Akuarium dan Pasar Ikan Luar Batang, tak abis akal. Para warga terlihat membangun kembali bangunan liar tepat di dekat tanggul pinggir laut, atau tak jauh dari tenda pengungsian.
Pantauan VIVA.co.id, di bawah teriknya matahari, sejumlah warga nampak antusias membangun tempat bernaung mereka di dekat reruntuhan bangunan.
Menggunakan alat tajam seadanya, warga sibuk membuat dengan memotong kayu dan bambu untuk membentuk sebuah pondasi kediaman barunya. Sejumlah warga lainnya, ada yang sibuk menata kayu-kayu dan bambu, agar membentuk sebuah pondasi, hingga berbentuk gubuk.
Bahan-bahan untuk membangun gubuk itu, berasal dari sisa - sisa reruntuhan bangunan. Ada juga warga membeli bahan-bahan bangunan itu, dari hasil patungan warga setempat, atau pemberian dari relawan yang datang ke lokasi bersejarah tersebut.
Belasan gubuk liar beratapkan terpal dihuni para warga yang menjadi korban penertiban kawasan Pasar Ikan tersebut. Gubuk yang sudah berdiri itu dihuni oleh warga Pasar Ikan dan Kampumg Aquarium berdampingan dengan tenda sumbangan.
Mereka memilih bertahan dalam gubuk. Gubuk liar didirikan warga yang masih bertahan tinggal sebagi bentuk perlawan program Pemerintah Provinsi DKI Jakarta, atau Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama. Para warga ini pun menginginkan adanya ganti rugi bangunan, yang saat itu dihancurkan begitu saja oleh petugas gabungan tanpa adanya sosialisasi dengan warga.
"Lalu kalau mau kami bangun gubuk di sini, sama petugas mau dihancurin lagi? Gubuk ini hasil patungan warga. Hasil gotong royong bantu warga yang ekonominya sama-sama miskin," ujar Umar,42, warga eks Pasar Ikan yang menjadi korban perevitalisasian kawasan Wisata Bahari Sunda Kelapa.
Dia menegaskan, pemerintah tak berhak kembali membongkar bangunan hasil patungan warga. Bahkan ia mengaku warga juga sudah membangun sebuah tempat ibadah semi permanen di lahan reruntuhan bangunan.
"Enggak berhak, kami pasti melawan. Hak kami bangun gubuk. Kami tinggal di sini dari kecil. Kami juga sudah bangun tempat ibadah buat salat kok. Toh bangunan ini walau dikatakan gubuk, udah dianggap warga di sini istana. Warga di sini kan juga rata-rata nelayan, mereka juga mau taruh alat-alat tangkapan mereka di sebuah tempat. Kalau di perahu, takutnya ilang. Kasian juga anak-anak kalau tidurnya beralas reruntuhan bangunan," ujarnya.