Pelaku Bullying SMAN 3 Jakarta Tak Lulus, Mendikbud Maklum
- inmagine
VIVA.co.id – Menteri Pendidikan dan Kebudayaan, Anies Baswedan, menyatakan Ujian Nasional (UN) saat ini tak lagi menjadi satu-satunya acuan bagi sekolah untuk meluluskan muridnya. Karena, menurut Anies, untuk lulus dari sekolah, murid tak hanya dinilai dari raihan hasil UN saja. Murid yang memiliki nilai UN baik, belum tentu bisa lulus jika memiliki prilaku yang tak baik.
Seperti yang dialami empat siswi SMA Negeri 3 Jakarta, mereka dinyatakan tidak lulus oleh sekolah, karena tersandung kasus tindak kekerasan terhadap adik kelasnya.
"Tidak benar kalau UN menjadi penyebab ketidaklulusan. Lalu siapa yang menentukan kelulusan? Pihak sekolah dengan mempertimbangkan seluruh faktor, malah kalau dulu enggak fair, Mendikbud tidak tahu anak hanya berdasar oleh hasil ujian dua jam lalu dinyatakan lulus atau tidak. Sekolah memiliki hasil UN, memiliki hasil ujian sekolah, memiliki hasil prilaku anak, jadi otoritasnya ada pada sekolah," kata Anies, Senin, 9 Mei 2016.
Menurut Anies, pihak sekolah memiliki otoritas dalam penentuan kelulusan siswa. Adapun penilaian dari majelis guru di sekolah meliputi pelajaran agama dan Pancasila, serta prilaku anak, sedangkan Mendikbud hanya memberikan penilaian terhadap hasil UN.
"Justru sekarang malah penilaiannya lebih lengkap, kalau dulu kita nilainya misalnya SMA hanya enam mata pelajaran, pelajaran lain terus ditinggalkan enggak dianggap penting. UN itu tidak ada lulus atau tidak, memangnya kalau ada yang tulis tidak lulus, memangnya batas lulusnya berapa sih? Tidak ada batasnya. UN hanya untuk menilai capaian belajar," katanya.
Sebelumnya, Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok mengatakan, siswi pelaku bully adik kelas di SMAN 3 Jakarta, merupakan bagian dari peserta UN 2016 yang dinyatakan tidak lulus.
Selain tidak lulus meski telah mengikuti seluruh tahapan ujian, pihak sekolah juga memberi sanksi mengeluarkan mereka dari sekolah.
"Mereka tidak lulus bukan karena hasil belajarnya jelek, tapi karena karakternya," ujar Ahok.
Seperti diketahui, seorang siswi SMAN 3 Jakarta di Setiabudi, Jakarta Selatan, menjadi sasaran tindak kekerasan atau bully empat kakak kelasnya. Kekerasan itu terjadi di sebuah kafe. Tindak kekerasan itu diduga dipicu rasa tidak suka kakak kelas kepada korban.
Dalam video yang beredar, terlihat adegan melecehkan dilakukan keempat kakak kelas. Adik kelas mereka antara lain disiram minuman, kepalanya dijadikan tempat pembuangan abu rokok, hingga dipaksa memakai bra di luar seragam sekolah.
Laporan Filzah Adini Lubis dari Jakarta
(ren)