Keuntungan Sindikat Beras Oplosan Capai Rp1,4 M per Bulan
- Filzah Adini Lubis - VIVA.co.id
VIVA.co.id – Puluhan ton beras hasil oplosan berhasil disita Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya di Tangerang. Yang mengejutkan, dari bisnis berbahaya ini, para pelaku dapat mengantongi keuntungan sebesar Rp1,4 miliar per bulan.
Sindikat pelaku beras oplosan ini ditangkap di sebuah gudang yang berada di Jalan Raya Prancis Pantai Indah Dadap, Kosambi Timur, Tangerang. Beras ini awalnya adalah beras asal Vietnam, yang dipulangkan Badan Urusan Logistik (Bulog), karena sudah busuk dan berwarna kecokelatan.
Namun, oleh para tersangka, beras itu dimanfaatkan untuk dijual kembali dengan cara diputihkan kembali dan dicampur dengan beras lokal dan sedikit makanan ternak.
Tersangka AN mengaku gudang miliknya itu dapat mengoplos 30 ton per bulan. AN melakukan kejahatan ini bersama sepuluh karyawannya selama kurang lebih satu tahun. Namun, tiga di antaranya telah dimintai keterangan mengenai sindikat kejahatan tersebut.
"Sekali masuk 30 ton. Produksinya sekitar 1-2 minggu, per liter 500 rupiah (keuntungan). Keuntungan sekali ngoplos (sebulan) 1,4 M," kata Kepala Unit 1 Industri Perdagangan, Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, Doffie Fahlevi Sanjaya di lokasi kejadian, Selasa 26 April 2016.
Beras oplosan yang mengkhawatirkan masyarakat sangatlah berbahaya. Namun, Bulog dan Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya pun hanya bisa mengimbau masyarakat untuk lebih teliti dalam memilih beras, karena secara kasat mata terlihat sama.
"Hati-hati dalam pembelian beras untuk konsumsi. Tidak bisa dilihat kasat mata. Kandungannya akan dicek di lab," kata Doffie.
Untuk mengeliminer korban beras oplosan yang beredar di sekitaran ibu kota, petugas menyita berbagai macam barang bukti. Adapun barang bukti yang diteman di gudang, yakni 900 karung beras seberat 15 kilogram bermerek Bulog, 100 karung beras lokal dengan berbagai merek, lima karung beras hasil oplosan, 70 karung beras Bulog isi 50 kg impor Vietnam, dan bahan kimia berupa 20 karung isi Sulfur Volder (pemutih), 15 karung ANSAC (soda api), 10 jerigen hiprok, lima karung Sodium, dan berbagai barang bukti lainnya seperti timbangan beras.
Laporan: Filzah Adini Lubis dari Jakarta (asp)