Jawaban Ahok Soal Curhat Pilu Wali Kota Jakarta Utara
- Filzah Adini - VIVA.co.id
VIVA.co.id – Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama menanggapi dingin curahan hati pilu Wali Kota Jakarta Utara, Rustam Effendi, yang dituding Ahok memihak kepada calon rivalnya, Yusril Ihza Mahendra. Menurut Ahok, pengalaman Rustam Effendi yang lama menjadi aktivis politik membuat dia memiliki pola pikir layaknya orang politik.
Menurut Ahok, Rustam yang menjadi Wali Kota sejak tanggal 2 Januari 2015, menanggapi serius sindiran yang ia lontarkan pada rapat penanganan banjir Jakarta di Jakarta Smart City Lounge pada Jumat, 22 April 2016. Pada Sabtu, 23 April 2016, Rustam kemudian menumpahkan unek-uneknya yang berisi pernyataan ketidaksetujuannya terhadap tuduhan Ahok yang menyebutnya telah melakukan persekongkolan dengan salah satu bakal calon Gubernur DKI, Yusril Ihza Mahendra.
"Dia (Rustam Effendi), lama main politik, jadi aktivis. Jadi tersinggung dia," ujar Ahok, sapaan akrab Basuki, di Balai Kota DKI, Senin, 25 April 2016.
Ahok mengatakan, sindirannya kepada Rustam, jelas sekadar gurauan. Pejabat-pejabat lain yang hadir pada rapat penanganan musibah banjir itu juga tertawa.
Namun Rustam, karena memiliki pola pikir orang politik, merasa tersinggung. Rustam menanggapi serius tuduhan bahwa integritasnya terhadap Pemerintah Provinsi DKI diragukan, dan loyalitasnya kepada Ahok yang merupakan pimpinan tertinggi pemerintah, terganggu oleh Yusril, yang merupakan lawan politik Ahok.
"Kalau orang pernah main politik ya begitu," ujar Ahok.
Curahan hati Rustam yang diberi judul 'Bekerja dengan Hati' berisi protesnya terhadap Ahok yang telah menuduh ia telah bersekongkol dengan Yusril. Rustam menjelaskan kesulitan yang ditemuinya dalam menertibkan hunian liar yang menjadi penyebab banjir di Jakarta Utara.
Menurut Rustam, tindakan Ahok yang menuduhnya macam-macam jelas bukan sesuatu yang baik. Seorang pemimpin seharusnya memberi semangat dan motivasi kepada bawahannya yang telah bekerja, bukan melempar tuduhan dirinya dalam pengaruh lawan politik saat menyelesaikan pekerjaan.
"Tuduhan dan fitnah itu keluar dari pimpinan yang sebenarnya saya berharap memberikan petunjuk, arahan, bimbingan, memotivasi, memberi semangat," ujar Rustam.