Ahok Bicara Ayat Alquran Soal Pemimpin
- Instagram @basukibtp
VIVA.co.id – Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama mengatakan, sebagian orang menolaknya untuk kembali menjadi Gubernur DKI karena sekadar menjalankan ajaran agamanya.
"Ada orang enggak bisa terima saya karena saya bukan agama mayoritas, walaupun saya baik," ujar Ahok, sapaan akrab Basuki, di Balai Kota DKI, Rabu, 30 Maret 2016.
Alquran, kitab suci umat Islam, secara tegas melarang umat Islam menjadikan seseorang dari kalangan agama Yahudi dan Nasrani menjadi seorang pemimpin. Larangan itu tercantum dalam ayat ke-51 dari surat kelima, Al-Ma'idah.
"Surat Al-Maidah sebut, 'jangan jadikan Yahudi dan Nasrani jadi pemimpinmu'," ujar Ahok.
Padahal, sepemahamannya, pada saat mempelajari agama Islam di Sekolah Dasar (SD) dan Sekolah Menengah Pertama (SMP) di Belitung Timur, Surat Al-Maidah mencantumkan larangan karena di zaman Nabi, khalifah atau pemimpin dipilih melalui cara musyawarah antara tokoh-tokoh masyarakat.
Saat itu, umat belum mengenal demokrasi yang kini dianggap sebagai cara paling ideal untuk menunjukkan kedaulatan rakyat dalam jalannya pemerintahan.
"Zaman Nabi, konteksnya (Surat Al-Maidah) pada saat itu belum ada pemilihan," ujar Ahok.
Ahok mengatakan, dia telah hapal dengan cara yang ditempuh lawan politiknya. Ia mengatakan, kini sudah tak terlalu mencemaskan cara seperti itu akan menurunkan elektabilitas atau popularitasnya.
Menurutnya, pemilih di Jakarta merupakan pemilih yang cerdas. Mereka bukan tipe pemilih yang mudah terpengaruh isu SARA (Suku, Agama, Ras, dan Antar Golongan).
"Saya sudah kenyang (dihantam isu SARA). Saya mau fokus kerja saja," ujar Ahok.
Baca juga: