Strategi Kapolda Metro Jaya Hadapi Teror dan Pilkada DKI

Kapolda Metro Jaya, Irjen Moechgiyarto.
Sumber :
  • VIVA.co.id/Muhamad Solihin

VIVA.co.id – Libur panjang mulai Jumat 25 hingga Minggu 27 Maret 2016, diprediksi akan membuat kemacetan di jalanan akibat banyaknya masyarakat menghabiskan masa liburan. Untuk mengantisipasi ini, Polda Metro Jaya pun bersiap diri.

SBY Sebut Kultur Politik Tanah Air Berubah Sejak Pilkada DKI 2017

"Ada 4900 personel dari laporan Pak Karoops (Kepala Biro Operasional) Polda Metro Jaya, Komisaris Besar Polisi Martuani, terdiri dari 2.500 dari jajaran Satwil (Satuan Wilayah), 2.400 adalah Polda," kata Kapolda Metro Jaya, Inspektur Jenderal Polisi Moechgiyarto, di Mapolda Metro Jaya, Kamis 24 Maret 2016.

Selain mengamankan lalu lintas, pihak kepolisian juga akan melakukan operasi kepolisian di beberapa objek, seperti tempat hiburan dan gereja.

SBY Sindir Kejanggalan Pilkada DKI 2017

"Gereja juga sama nanti kita ploting (tempatkan), kemudian sebelum pelaksanaan gereja mungkin kita akan melakukan sterilisasi. Itu kan sudah SOP dalam melakukan pengamanan," ujarnya.

Menurutnya, pengamanan di Jakarta perlu ditingkatkan mengingat bahaya ancaman terorisme, pasca aksi teroris yang terjadi di Brussels, Belgia.

Dua Polisi Wanita di Belgia Tewas Ditikam dan Ditembak

"Nah kalau sekarang ini karena situasinya bukan rutin biasa, tapi ditingkatkan kondisinya, karena ada informasi-informasi yang harus diwaspadai. Apalagi masalah yang kita paham ada masalah teroris di  Brussels. Maka kita harus antisipasi itu sehingga saya mengambil keputusan. Kita mengambil rangkaian pengamanan yang dinamakan kegiatan kepolisian rutin," katanya.

Tak hanya karena serangan teror, kondisi Jakarta juga lebih rawan dan sensitif menjelang Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta tahun depan.

"Ya betul, apalagi sekarang kan menjelang Pilkada. Itu termasuk menjadi bahan," ungkapnya.

Dia pun menuturkan, jangan sampai kejadian terorisme di Jalan MH Thamrin terjadi kembali. Dia pun menyebut sudah menyiapkan serangkaian strategi, mulai dari menyiapkan pasukan khusus pencegah aksi teror.

"Kemungkinan-kemungkinan itu ada (pasukan khusus), ya salah satu contohnya mungkin menggunakan body system. Jadi anggota di lapangan akan di backup dengan anggota yang dilengkapi senjata," terangnya.

Kapolda mencontohkan, untuk mengantisipasi berbagai risiko keamanan, kemungkinan Brimob bisa diterjunkan sebagai pasukan pendukung. Kemudian melengkapi Sabhara dengan senjata lengkap untuk menjaga keamanan Polisi lalu lintas, yang tidak dibekali senjata api. Sampai menempatkan penembak jitu di beberapa lokasi strategis. (one)

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya