Pesan Terakhir Adik Pramoedya Ananta Toer Sebelum Meninggal
- VIVA.co.id / Zahrul Darmawan
VIVA.co.id – Kabar duka kembali menyelimuti dunia sastra tanah air. Koesalah Soebagyo Toer, Mantan Ketua Yayasan Penelitian Kekerasan Pelanggaran Hak Asasi Manusia, menjemput ajalnya di usia 81 tahun, Rabu 16 Maret 2016.
Sebelum menghembuskan napas terakshirnya, adik kandung Pramoedya Ananta Toer ini sempat menjalani perawatan medis di Rumah Sakit Graha Permata Ibu Beji Depok akibat sakit komplikasi.
"Abang memang sudah lama sakit. Tadi pagi sempat di IGD, meninggalnya sekitar 08.30," kata sepupu istri almarhum, Yus Efendi saat ditemui di rumah duka, di Jalan Turi III, No 27 Rt 5 Rw 10, Beji Depok.
Di mata keluarga, Koesalah dikenal sebagai sosok pribadi yang gigih. Bahkan di usianya yang tak lagi muda, Koesalah masih aktif menerjemahkan buku-buku sastra, yang kebanyakan berbahasa Rusia.
"Orangnya low profile. Semangatnya itu yang kita kenang," ucapnya.
Di tempat yang sama, menantu almarhum, Dhany Ervananto mengatakan, sang mertua memiliki cita-cita yang sangat mulia untuk bangsa ini. Salah satunya mendorong minat baca generasi muda.
Â
"Menurut bapak, budaya membaca anak muda saat ini masih susah. Yang dibaca kadang, yang kurang bermanfaat," kata Dhany menirukan ucapan sang mertua.
Kepergian Koesalah dirasa begitu mendadak, sebab selama ini almarhum tidak pernah menunjukkan tanda-tanda sakit. "Bapak kalau pagi rutin senam dan jalan. Siang istirahat, kemudian lanjut baca lalu menerjemahkan tulisan," kata dia.
Terjemahan terakhirnya yang belum diterbitkan adalah karya Leo Tolstoy dengan judul Perang dan Damai. Koesalah dengan kakaknya, Pramoedya, sangat dekat. Soalnyan Pramoedya dan Koesalah, sama-sama menaruh minat dengan karya sastra dan menulis.
Saat ini jenazah telah berada di rumah duka, dan rencananya akan dimakamkan di TPU Kalimulya, Depok. Suasana duka pun tampak menyelimuti kediaman Koesalah, yang terlihat tampak sederhana itu.
Baca juga: