Firasat Istri Jendral Abubakar Jelang Tragedi RS Mintohardjo
- Istimewa
VIVA.co.id – Sedih dan terpukul. Itu yang kini dirasakan Tri Murni, istri mendiang Inspektur Jenderal (Purn) Polisi Abubakar Nataprawira. Tri harus merelakan kepergian suami tercinta, yang menjadi korban kebakaran di Ruangan Udara Bertekanan Tinggi (RUBT) saat tengah terapi di Rumah Sakit TNI Angkatan Laut Mintohardjo, Jakarta Pusat, Senin 14 Maret 2016 lalu.
Tri mengungkapkan rasa sedih dan kehilangan atas kepergian almarhum suaminya yang tak ia sangka-sangka.
Anggota Komisi VIII DPR RI ini mengatakan, sempat ada firasat dan tanda berbeda sebelum suaminya yang mantan Kadiv Humas tewas dalam peristiwa kebakaran itu.
Tri mengaku, pagi sebelum kejadian, ia sudah mempunyai firasat dan perasaan tidak enak. Bahkan, almarhum suaminya tersebut sempat meminta memakai baju dengan warna yang sama.
"Kebetulan waktu itu saya ada perasaan tidak enak. Dia ingin pakai baju warna sama," kata Tri Murni pada VIVA.co.id.
Selain itu, Tri juga mengungkapkan ada hal yang tidak biasa dalam dua minggu terakhir saat sering bersama suaminya makan di rumah makan. Suaminya tersebut selalu memesankan makanan kesukaan untuk Tri. Dan dia sampai memilih selalu makanan kesukaan istrinya tersebut.
"Kemudian pesan makanan, dia pesan makanan yang saya suka," ujar Tri.
Jenazah purnawirawan polisi berbintang dua tersebut sudah dimakamkan di Taman Makam Pahlawan Nasional (TMPN) Kalibata, Selasa, 15 Maret 2016.
Inspektur Jendral Polisi Purnawirawan Abubakar Nataprawira sempat mejabat Kepala Divas Hubungan Masyarakat Mabes Polri semasa masih menjadi anggota Polri Aktif. Ia menjadi salah satu korban meninggal dunia dalam peristiwa kebakaran di tabung Chamber Pulau Miangas, Gedung Ruang Udara Bertekanan Tinggi (RUBT), Rumah Sakit Angkatan Laut (RSAL) Mintohardjo, Jakarta Pusat, sekitar pukul 13.00 WIB, Minggu 14 Maret 2016 kemarin.
Abubakar menghembuskan nafas terakhir bersama tiga korban lainnya masing-masing, yakni, anggota Dewan Perwakilan Daerah Republik Indonesia (DPD RI) sekaligus ketua Persatuan Guru Republik Indonesia (PGRI) Sulistyo, Edi Suwandi dan seorang dokter bernama Dimas. (ren)