Ungguli Survei Bukan Berarti Ahok Akan Menang

Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama alias Ahok.
Sumber :
  • Fajar Ginanjar - VIVA.co.id

VIVA.co.id - Tensi politik pada Pemilihan Kepala Daerah (Pilkada) DKI Jakarta, kian menghangat. Petahana Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, atau sering disapa Ahok dipastikan maju dalam pertarungan tahun depan.  

Djarot Harap Pendemo Tak Rusak Taman Kota
Direktur Eksekutif Polcomm Institute, Heri Budianto, Minggu 13 Maret 2016, mengatakan Ahok belum tentu menang, meski dia unggul dalam survei.
 
Blusukan di Mampang, Sandi Dicegat Kiai Berjubah
"Ahok belum tentu bisa menang, artinya ada peluang yang bisa dimanfaatkan pesaing Ahok," kata Heri dalam diskusi pertarungan pilkada DKI Jakarta di kawasan Kwitang, Jakarta.
 
Ahok Sewot Jakarta Disebut Berantakan Dibanding Surabaya
Heri mengingatkan, politik tidak pernah lepas dari sejarah. Ia mencontohkan pada pilkada 2012.
 
Saat itu, Fauzi Bowo, yang selalu menang dalam survei, tumbang oleh pasangan Joko Widodo dan Ahok. Menurut Heri, fenomena itu hampir mirip dengan Pilkada saat ini, di mana Ahok merajai survei.
 
"Saat itu, Jokowi berhasil mengambil hati masyarakat dengan blusukan. Ahok tidak melakukan itu saat ini," ujarnya.
 
Selain itu, pilkada Jakarta berbeda dengan wilayah lain. Dalam Pilkada DKI Jakarta, untuk menang dibutuhkan 50 persen plus satu. Posisi Ahok, yang memutuskan maju dengan jalur independen, dan berbeda pendapat dengan partai politik, menjadikannya sulit menang.
 
"Kalau dua putaran, partai politik kemudian bergabung, maka Ahok akan sulit menang di putaran kedua," ungkapnya.
 
Selain itu, menurutnya hasil survei yang dilakukan Emrus Corner memperlihatkan pemilih di ibu kota Jakarta, terutama kaum wanita, masih memilih pemimpin dari partai politik.
 
"Emrus mencoba memotret segmentasi. Makin segmented makin bagus, karena semua calon punya peluang," katanya. (asp)
Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya