Ahok Berang Dinas Tata Air Cegah Banjir Pakai Sistem Belanda
- VIVA.co.id/Muhamad Solihin
VIVA.co.id – Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama marah, Dinas Tata Air DKI masih menggunakan prosedur tetap (protap) yang dibuat di zaman penjajahan untuk menangani air di aliran-aliran sungai di Jakarta Barat.
Alih-alih mendistribusikan aliran air secara merata ke aliran sungai yang ada di seluruh Jakarta, air di wilayah Jakarta Barat lebih banyak dilimpahkan ke Kanal Banjir Barat (KBB). Akibatnya, aliran Kali Angke yang seluruhnya berada di wilayah Kotamadya Jakarta Barat meluap.
Ahok, sapaan akrab Basuki mengatakan, hal itu lah yang menyebabkan Kotamadya Jakarta Barat menjadi wilayah Jakarta yang masih dilanda musibah banjir parah pada musim penghujan tahun ini.
Data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Jakarta Barat menunjukkan hingga Selasa kemarin, 1 Maret 2016, sebanyak tiga kecamatan, yaitu Cengkareng, Kalideres, dan Kembangan, terendam banjir setinggi 30 hingga 60 sentimeter.
"Kanal Banjir Barat itu (alirannya) jebol. Kenapa Kali Angke begitu meluap? Saya langsung curiga, pasti airnya dibuang semua ke Kanal Banjir Barat," ujar Ahok di Balai Kota DKI, Rabu, 2 Februari 2016.
Ahok mengatakan, penyebab banjir di wilayah Jakarta Barat ini ia ketahui, salah satunya, karena ia melihat aliran-aliran sungai di Jakarta Pusat tidak bertambah secara signifikan ketinggiannya saat hujan deras melanda Jakarta. Ahok antara lain melihat aliran sungai yang terhubung dengan Pintu Air Pasar Ikan dan Pintu Air Istiqlal. Ahok melewati aliran sungai yang ada di sepanjang Jalan Gajah Mada dan Jalan Hayam Wuruk setiap hari saat ia berangkat kerja, dan kondisi Pintu Air Istiqlal melalui aplikasi Jakarta Smart City.
"Kalau aliran sungai di sana kering, berarti kamu tutup pintunya (pintu yang menghubungkan KBB dengan aliran sungai di Jakarta Pusat). Itu ngapain? Air ngocor begitu banyak, ngapain lu iseng tutup pintu?" ujar Ahok.
Ahok mengatakan, saat dikonfirmasi, Dinas Tata Air menyampaikan bahwa pelimpahan air ke KBB adalah prosedur tetap (protap) yang telah berlaku sejak konsep kanal banjir diperkenalkan di Batavia oleh pemerintah kolonial Belanda pada tahun 1920.
Ahok mengatakan, mendengar alasan itu, ia tentu tidak bisa menerima. Sejak tahun 2014, ia telah meminta Dinas Tata Air DKI membuka seluruh pintu agar limpahan air merata. Sistem pengairan di Jakarta saat ini sudah jauh lebih baik. Penanganan banjir tidak hanya bertumpu pada kanal banjir.
"Pintu air dia tutup lagi. Alasannya karena itu protap Belanda. Emangnya Belanda itu negara lu sekarang?" ujar Ahok.