Malapraktik RS Awal Bos, Ayah Fayla Datangi Polda Metro
VIVA.co.id - Ibrahim Blegur, ayah dari Falya Raafani, balita berusia 15 bulan yang diduga menjadi korban malapraktrik Rumah Sakit Awal Bros, Bekasi, mendatangi Direktorat Reserse Kriminal Khusus Polda Metro Jaya, Kamis 12 November 2015.
Ibrahim mendatangi Polda Metro Jaya untuk melakukan konsultasi terhadap kematian anaknya yang dinilai tidak wajar di Rumah Sakit Awal Bros, Bekasi. Setelah melakukan konsultasi, Ibrahim akan langsung membuat laporan ke Sentra Pelayanan Kepolisian Terpadu (SPKT).
"Sebelum buat laporan, saya akan konsultasi terlebih dahulu ke Direktorat Reserse Kriminal Khusus. Nanti, setelah tahu pasal-pasalnya apa, saya baru buat laporan," kata Ibrahim kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya, Kamis 12 November 2015.
Sebelum mendatangi Polda Metro Jaya, Ibrahim mengatakan, dia bersama kuasa hukumnya sudah melontarkan somasi terhadap pihak rumah sakit, namun hingga saat ini somasi tersebut tidak ditanggapi.
"Sudah dikasih somasi, tapi sampai batas waktu yang ditentukan tidak ada tanggapan. Sudah laporan juga ke Majelis Kehormatan Disiplin Kedokteran Indonesia, katanya akan langsung diadakan penyelidikan," ujar Ibrahim.
Ibrahim menjelaskan, awalnya vonis dokter terhadap putrinya pada 28 Oktober adalah dehidrasi ringan. Setelah satu hari perawatan, kondisi putrinya terlihat sehat.
"Sudah sehat setelah sehari dirawat, sempat lompat-lompat di tempat tidur, makan habis terus, ceria," jelasnya.
Pada tanggal 29 Oktober sekitar pukul 13.00 WIB, Ibrahim menambahkan, putrinya tersebut disuntik antibiotik. Setelah disuntik antibiotik, kondisi putrinya malah memburuk. Bahkan perutnya sampai membengkak.
"Kata istri saya, katanya disuntik antibiotik, itu jam 1 siang tanggal 29 Oktober, pasca disuntik antibiotik bibir biru, badan dingin, perut bengkak. Saya tanya ke istri saya kenapa, katanya disuntik antibiotik, nggak ada penjelasan," tambah Ibrahim.
Pada hari yang sama di tanggal 29 Oktober, Ibrahim mengungkapkan, kondisi putrinya dinyatakan kritis pada malam hari, Ibrahim mengaku tidak ada penjelasan dari rumah sakit hingga putrinya tersebut kritis dan masuk ruang ICU.
"Sampai detik ini saya nggak dikasih tahu, karena apa anak saya seperti itu (kritis), padahal jam 12 siang sehat. Tapi berbanding terbalik lima jam kemudian," tambah Ibrahim.
Ibrahim kembali mengatakan, pada saat putrinya masuk ruang ICU, perawatan terlihat minim. Anak kesayangannya meninggal dunia pada Minggu, 1Â November.
"Saya lihat juga perawatan minim banget di ICU, setelah 3 hari di ICU meninggal. Tapi sampai sekarang tidak ada pemberitahuan penyebab meninggalnya anak saya," ujarnya.
Dia merasa ada yang aneh usai anaknya dinyatakan meninggal. Karena dia tidak dimintai biaya sepeser pun.
"Saya ini kaya binatang, cuma disodorin surat kematian. Dalam perawatan anak saya, satu rupiah pun nggak ditagih, total biaya itu ada di kuitansi Rp38 juta. Tapi pas mau bayar, pihak rumah sakit enggak menerima pembayaran, diminta urus jenazah dulu. Surat kematian pun tanpa penjelasan, cuma disodorin, ambulans dikawal sama dua perawat sampai rumah," katanya.
Â
Â