Kisruh Sampah DKI, Pemulung Merana
Jumat, 6 November 2015 - 10:51 WIB
Sumber :
- VIVAnews/Nurcholis Anhari Lubis
VIVA.co.id
- Dampak kisruh pengangkutan sampah DKI ternyata tak hanya dirasakan warga Jakarta. Tapi juga mengusik aktivitas para pemulung di Tempat Pengolahan Sampah Terpadu (TPST) Bantar Gebang, Bekasi.
Sejak kisruh terjadi, dampak yang sangat dirasakan pemulung ialah perubahan waktu mengais rejeki di tumpukan sampah.
Terutama saat sejumlah orang dari organisasi massa melakukan aksi penghadangan truk-truk sampah di Jalan Raya Cileungsi, Kabupaten Bogor. Akibat aksi itu, nyaris tak ada lagi pemulung yang bisa mencari sampah bernilai jual di TPST Bantar Gebang pada siang hari.
Baca Juga :
Ahok: Wali Kota Bekasi 'Berotot'
Sejak kisruh terjadi, dampak yang sangat dirasakan pemulung ialah perubahan waktu mengais rejeki di tumpukan sampah.
Terutama saat sejumlah orang dari organisasi massa melakukan aksi penghadangan truk-truk sampah di Jalan Raya Cileungsi, Kabupaten Bogor. Akibat aksi itu, nyaris tak ada lagi pemulung yang bisa mencari sampah bernilai jual di TPST Bantar Gebang pada siang hari.
Rizal (21 tahun) salah satu pemulung mengatakan, sejak tiga hari belakangan ini, para pemulung terpaksa mengubah waktu memulung dari siang ke malam hari.
Hal itu dikarenakan, tidak ada lagi truk sampah yang datang dari Jakarta pada siang hari. "Ya, sejak tiga hari kemarin jarang ada truk sampah. Jadi sekarang paling nyari sampahnya malam sampai pagi," kata pria asal Indramayu, Jawa Barat, ini.
Biasanya, kata Rizal, sejak pagi hingga sore hari truk selalu ada. Namun, saat ini sudah jarang ada truk yang membuang sampah. "Kalau dibilang terusik ya pasti. Tapi, kita mah cuma orang kecil ikut aja yang penting masih bisa kerja," katanya.
Rizal mengatakan, memulung di malam hari bukan pekerjaan mudah, karena tingkat kecelakaan lebih tinggi. "Ada lampu, tapi tetap saja gelap dan berbahaya," ujarnya.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Rizal (21 tahun) salah satu pemulung mengatakan, sejak tiga hari belakangan ini, para pemulung terpaksa mengubah waktu memulung dari siang ke malam hari.