Bocah 8 Tahun Diduga Jadi Korban Penganiayaan
Sabtu, 17 Oktober 2015 - 15:50 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/http://www.dw.de
VIVA.co.id - Sri Kuswati (35) terkejut setelah melihat seorang gadis kecil yang masih berkeliaran pada Senin dinihari, 12 Oktober 2015.
Dia menemukan gadis kecil dengan kondisi lusuh dan memprihatinkan. Kuswati menemukan gadis kecil itu saat tengah berdagang soto di samping Plaza Cibubur, Jatisampurna, Bekasi Timur, gadis kecil itu melintas di depan warungnya.
Penasaran dengan keluyuran gadis cilik ini, Kuswati kemudian menghampiri dan menanyakan kepada bocah yang belakangan diketahui bernama Sri Rahayu Ratu Pangestu itu mengapa masih berada di luar di tengah malam begini.
Ia menasehati, di malam begitu banyak penculik. Namun, gadis cilik berusia 8 tahun itu mengatakan, ia takut pulang. "Katanya enggak mau pulang karena takut sama orangtuanya," kata Kuswati, di kantor Komisi Nasional Perlindungan Anak (Komnas PA), Jakarta Timur, Sabtu 17 Oktober 2015
Kuswati kemudian bertanya di mana alamat Sri. Bocah ini rupanya lancar berbicara dan menceritakan bahwa ia tinggal bersama ayah dan ibu tirinya di Nagrak, Gunung Putri, Bogor. Namun, ia takut pulang karena uang "setoran" untuk orangtuanya kurang. Diusianya yang masih di bawah umur itu Sri mengaku disuruh menjual baju oleh ibu tirinya.
Namun, uang yang baru terkumpul hingga tengah malam itu Rp47.300. "Dia bilang kalau belum Rp 50.000 enggak berani pulang," kata Kuswati.
Karena kasihan, Kuswati menanyakan apakah Sri sudah makan atau belum. Sri mengaku ia belum makan. Ia kemudian mengajak anak itu ke warungnya untuk beristirahat menginap. Kemudian, ia hendak membersihkan badan gadis kecil yang nampak kotor dan lusu itu. "Pada saat itu dia bilang mandiinnya jangan keras-keras," ujar Kuswati.
Banyak luka lebang di punggung
Sang anak mengalami kesakitan di bagian punggungnya. Kuswati yang sebelumnya tidak memperhatikan dengan jelas kemudian kaget karena melihat bagian punggung Sri membiru seperti bekas pukulan. "Ada luka biru-biru bekas pukulan," ujar Kuswati.
Keesokan harinya, Kuswati menawarkan untuk memberi uang tambahan agar korban mau pulang ke rumah. Namun, korban tetap ketakutan untuk pulang. Ibu dua anak ini sempat khawatir kalau ia nanti dibilang penculik.
Kuswati sempat meminta salah satu anak angkatnya Nur untuk mencarikan sopir angkot yang mau mengantar ke rumah orangtua sang anak di Nagrak. Tapi, tak ada yang mau. Anak angkat Kuswati bahkan sempat meninggalkan gadis kecil itu di lampu merah. "Tapi besok pagi jam enam saya buka warung dia tidur di depan warung," ujarnya.
Akhirnya, kuswati memilih melaporkan kepada RT dan RW serta Polsek Gunung Putri. Ternyata, di kantor polisi memang ada laporan anak hilang yang sesuai dengan korban. Menurut Kuswati polisi sudah berupaya menghubungi ayah korban selaku pelapor. "Tiga kali dihubungi masuk tapi setelah itu nomornya tidak aktif lagi. Kemudian saat polisi ke rumah kontrakan orangtuanya ternyata sudah kosong," tuturnya.
Ia pun akhirnya melaporkan kasus ini ke Komnas PA. Sri akhirnya menjalani pemeriksaan visum di RS Polri. Ketua Komnas PA Arist Merdeka Sirait mengatakan, kasus ini akan dilaporkan ke aparat berwajib karena dari pengakuan korban, orangtuanya diduga melakukan penelantaran dan eksploitasi ekonomi.
Dari penuturan korban, lanjut Arist, korban disuruh untuk berdagang di sekitar Plaza Cibubur untuk jual baju ibu tirinya. Korban kadang berjualan sendiri atau dengan kakak tiri, dengan menumpang angkutan Cileungsi-Kampung Rambutan atau berjalan kaki.
Atas kejadian ini, pihaknya masih menunggu hasil visum di RS Polri atas korban. Ada pun korban bakal diamankan ke "rumah aman" oleh Komnas PA.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Namun, uang yang baru terkumpul hingga tengah malam itu Rp47.300. "Dia bilang kalau belum Rp 50.000 enggak berani pulang," kata Kuswati.