Putri Mayjen Pandjaitan: Saya Lihat Kepala Papi Ditembak

Catherine Pandjaitan
Sumber :
  • Anwar Sadat - VIVA.co.id

VIVA.co.id - 50 Tahun sudah berlalu sejak peristiwa Gerakan September Tiga Puluh (Gestapu) yang terjadi pada 30 September 1965, sampai saat ini keluarga korban peristiwa itu masih mengingat dengan jelas detik-detik penculikan dan pembunuhan para jenderal TNI.

Catherine Pandjaitan, anak sulung Mayjen Anumerta Pandjaitan yang merupakan salah satu korban kekejaman PKI, mengatakan, bayangan peristiwa tersebut masih lekat dalam ingatannya. Bagi Catherine, kejadian itu adalah suatu peristiwa yang sangat kelam yang terjadi dalam hidupnya.

"Saya masih ingat betul, bahkan masih terasa gimana takutnya saya pada kejadian itu, ketika saya lihat kepala papa saya ditembak, sambil menangis saya berteriak 'Papi..papi'.. kemudian saya mengusap darah papi saya," kata Catherine di depan Monumen Pancasila Sakti, Kamis 1 Oktober 2015


Peristiwa itupun sempat meninggalkan trauma di benak Catherine. Namun semua itu, ia kembalikan kepada Tuhan karena di situlah ia akhirnya bisa bangkit dari keterpurukan

"Dulu, kalau ingat bagaimana kejamnya PKI saat itu sangat mengganggu, saya pernah pergi ke berbagai negara untuk melupakan peristiwa itu, tapi tidak berhasil. Tapi ketika saya kembali kepada tuhan, di situlah saya menemukan kedamaian,"katanya.

Meskipun begitu menyakitkan, saat ini Catherine mengaku sudah memaafkan kejadian yang menewaskan orang tuanya tersebut dan dia juga tak menyimpan dendam atas peristiwa yang jadi catatan kelam bangsa Indonesia.

"Saat ini kami sudah memaafkan, bahkan sekarang kita sudah bersama (dengan keluarga pelaku), kami juga tidak menyimpan dendam terhadap para pelaku," ujar Catherine

Hingga saat ini Catherine masih mengingat nilai nasionalisme yang diajarkan oleh sang Ayah, dan peringatan Hari kesaktian Pancasila mengingatkan Catherine akan pengorbanan dan bakti sang Ayah untuk Bangsa Indonesia.

"Buat kami ini selalu mengingatkan pengorbanan beliau pada negara. Itu juga mengajarkan kami, meski kami sedih atas peristiwa tersebut, kami harus terus berjuang dan harus berkorban untuk bangsa Indonesia," ujarnya.

Perlukah Disempurnakan Sistem Ketatanegaraan Indonesia?