Ahok Mau Petugas Pelayanan Terpadu Bekerja Seperti Calo
- VIVA.co.id / Fajar GM
VIVA.co.id - Gubernur DKI Jakarta, Basuki Tjahaja Purnama, mengatakan kantor-kantor pelayanan pemerintah yang menerapkan sistem loket untuk melayani warga, adalah peninggalan dari zaman penjajahan Belanda.
Di masa sebelum kemerdekaan, Ahok, sapaan akrab Basuki, mengatakan pemerintah Kolonial begitu takut diserang oleh warga pribumi.
Di kantor-kantor pemerintah, mereka membuat sistem loket yang memisahkan antara petugas dan warga yang datang meminta untuk dilayani.
"Takut dibunuh si Belandanya. Jadi, dia (petugas pelayanan pemerintah), ngumpet di balik loket," ujar Ahok, saat meresmikan pembukaan kantor SAMSAT tingkat kecamatan di Kecamatan Penjaringan, Jakarta Utara, Jumat, 18 September 2015.
Ahok menilai, sistem loket seperti itu tentu sudah tidak tepat lagi untuk diterapkan di kantor-kantor pemerintahan saat ini. Sistem kantor pelayanan berloket, malah membuat warga malas ke kantor pemerintahan, karena merasa dipisahkan dengan petugas yang harus melayani mereka.
Maka dari itu, Ahok mengatakan, ia dan mantan Gubernur DKI Joko Widodo berusaha menghilangkan kantor pelayanan pemerintah dengan sistem loket saat mereka baru saja menjadi gubernur dan wakil gubernur.
Ahok mengatakan, ia dan Jokowi sepakat supaya kantor pemerintahan dibuat terbuka, agar warga tak merasa dipisahkan dari petugas yang melayani mereka.
Hasilnya, setiap kantor Pelayanan Terpadu Satu Pintu (PTSP) di setiap kantor kecamatan di Jakarta, saat ini begitu terbuka. Warga bebas untuk mengeluhkan masalah apa pun yang mereka temui dari segi administrasi dan perizinan.
***
Sementara itu, dari segi mental para petugas pelayan, dia menerapkan mental calo kepada setiap Pegawai Negeri Sipil (PNS) baru yang segera ditempatkan terlebih dahulu menjadi petugas pelayanan PTSP begitu mereka diterima di DKI.
Ahok bercerita, pengalamannya berburu mobil antik di wilayah Pecenongan pada saat ia masih berkuliah. Pada saat itu, seorang calo menjanjikan untuk membantunya menemukan mobil antik yang dicari.
Setelah lama menunggu, si calo baru mengabari bahwa mobil antik yang diinginkan sudah ditemukan. Ternyata, calo mendatangi satu per satu tempat penjualan mobil demi menemukan mobil yang ia dan ayahnya pesan. Atas jasanya itu, si calo tentu meminta sedikit biaya tambahan saat membantu membeli mobil yang telah ditemukan.
Ahok mengatakan, seperti itulah mental yang diharuskan ada pada setiap petugas PTSP DKI. Warga boleh meminta mereka mengurusi apa saja, dari urusan pembuatan KTP, pengurusan dokumen tanah, hingga pembuatan surat nikah.
Petugas PTSP, harus menerima apa pun permintaan warga. Atas jasanya, Ahok mengatakan Pemerintah Provinsi DKI telah menggaji mereka dengan jumlah yang cukup besar. Belum lagi Tunjangan Kinerja Daerah (TKD) yang mereka dapat setiap menyelesaikan masalah.
"Biar petugas kami yang repot, memikirkan, mencarikan apa yang harus dilakukan untuk menyelesaikan masalah warga," ujar Ahok. (asp)