Kasus Narkoba di Jakarta Meningkat 3.681 Perkara

Sumber :
  • VIVA.co.id/Ahmad Rizaluddin
VIVA.co.id
- Sepanjang Januari-September 2015 kasus narkoba di Jakarta tercatat hingga 3.681 kasus. Angka itu meningkat ketimbang periode yang sama di tahun 2014.


"Dalam kurun waktu Januari-September 2014, pihak Polda Metro Jaya dapat mengungkap kasus narkoba sebanyak 3.028 kasus," ujar Direktur Reserse Narkoba Polda Metro Jaya, Kombes Pol Eko Daniyanto kepada wartawan di Mapolda Metro Jaya Jakarta, Rabu, 9 September 2015.


Eko mengatakan, dari ribuan kasus tersebut, angka penindakkan pun meningkat. Sepanjang Januari-September 2015, Polda Metro Jaya mengklaim sukses menetapkan 4.588 tersangka. Angka itu meningkat 14 persen dibanding periode yang sama di tahun 2014 sebanyak 4.015 tersangka.


Peningkatan juga terjadi pada latar belakang pelaku. Catatan Polda Metro Jaya  menyebut pelaku asal WNA ikut naik signifikan.


"Tahun 2014 sebanyak 44 WNA dan tahun 2015 sebanyak 50 WNA, paling banyak WN Nigeria dan WN China," kata Eko.


Namun, kata Eko, tak sedikit juga WNI yang ikut tersangkut dalam bisnis narkoba. Faktor ekonomi diduga menjadi pemicu bagi WNI utuk ikut terjerumus dalam sindikat narkoba.
Awas, Kini Bandar Narkotika Asing Incar Perempuan


Empat Juta Pengguna Narkotika akan Direhabilitasi
"Kalau kita lihat banyak kasus yang menjerat wanita WNI ikut peredaran narkoba, para WNI menjadi kurir karena bayaran tinggi dan para WNA juga pintar dengan modus memacari wanita Indonesia untuk dijadikan kurir narkoba," ujar Eko.

BNN Selidiki Narkoba Orangtua Penelantar Anak

Sementara untuk barang bukti, Eko menambahkan, sebanyak 175,4 kg sabu diamankan pada tahun 2014. Adapun di tahun 2015, Polda Metro Jaya berhasil mengumpulkan sebanyak 803,6 kg sabu yang dapat disita.

"Ini baru bulan September, tapi sudah ada peningkatan dari berbagai aspek," kata Eko.


Peredaran sabu di Indonesia meningkat akibat sejumlah faktor. Menghasilkan dan mudah diedarkan.


"Kalau kita lihat barang bukti sabu meningkat cukup signifikan sebanyak 358 persen, ini disebabkan banyak hal yaitu harga yang tinggi dan menggiurkan, mudah digunakan, dan mudah diselundupkan."












Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya