Rumah Aman Bukan Etalase Mencari Popularitas
Rabu, 20 Mei 2015 - 14:01 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Ahmad Rizaluddin
VIVA.co.id
- Pejabat pemerintah, politisi DPR, silih berganti datang ke sebuah rumah di Cibubur, Jawa Barat, yang diklaim sebagai rumah aman, tempat dititipkannya lima anak korban kasus penelantaran oleh orangtua.
Tidak jelas apakah kedatangan para petinggi dan politisi, yang kemudian mendulang popularitas melalui pemberitaan, termasuk bagian dari upaya melindungi anak-anak yang menjadi korban.
Kasus berawal dari terungkapnya perlakuan buruk orangtua terhadap lima anak mereka, pada 14 Mei 2015 lalu. Polisi dan Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) pun mengevakuasi lima anak-anak.
Tapi kemudian, rumah aman tempat anak-anak itu berada, dengan mudah didatangi oleh para pejabat, yang membawa serta banyak awak media, untuk memberitakan kunjungan mereka.
. Ketua LPSK Abdul Haris Semendawai, mengatakan rumah aman semestinya tidak mudah dikunjungi dan diungkap.
Baca Juga :
Anak-anak di AS Disarankan Punya Kartu Identitas
Goddard menulis, adalah peliputan media yang berhasil mendesak, adanya perubahan signifikan dalam kebijakan perlindungan anak. Demikian juga dengan sosialisasinya.
Namun dampak psikologis anak-anak yang menjadi korban, harus menjadi fokus utama. Anak-anak itu tidak semestinya, menjadi komoditas bagi para politisi untuk menggapai popularitas.
Fungsi para petinggi dan politisi itu, adalah menjamin dibuatnya kebijakan yang tepat untuk perlindungan anak-anak, bukan memanfaatkan anak-anak itu sebagai alat untuk tampil di pemberitaan.
Dikutip dari laman carehouse.org, rumah aman adalah tempat di mana suara seorang anak di dengar. Tempat di mana anak-anak itu dipandu untuk pemulihan. Rumah aman bukan etalase mencari popularitas.
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Goddard menulis, adalah peliputan media yang berhasil mendesak, adanya perubahan signifikan dalam kebijakan perlindungan anak. Demikian juga dengan sosialisasinya.