Telantarkan Anak, Orangtua DN Terobsesi Hidup Mewah

Begini Kondisi Rumah Pasangan Suami Istri yang Menelantarkan Kelima Anaknya
Sumber :
  • VIVA.co.id/Ahmad Rizaluddin
VIVA.co.id
Pasutri Telantarkan Anak Belum Ditetapkan Tersangka
- Pengamat Sosial dan Budaya Universitas Indonesia (UI), Devi Rahmawati, menilai, kasus penelantaran anak oleh orangtua kandung disebabkan beberapa faktor, salah satunya ialah faktor 'menuhankan' materi.
Pasangan Penelantar Anak Hisap Sabu Agar Kuat Zikir Seharian

Dijelaskan Devi, kasus seperti ini cenderung menimpa mereka yang hidup secara modern dan jauh dari interaksi sosial antartetangga. Hal inilah yang menyebabkan mereka terjebak dalam dua penyakit sosial.
Penelantar Anak Pakai Sabu saat Tirakat & Bertemu Raja Solo


"Yang pertama, mereka hidup sendirian dalam keramaian dan yang kedua mereka terobsesi dengan gaya hidup glamour sehingga terkesan 'menuhankan' materi. Yang saya sebut saat ini, hidup gaya bukan gaya hidup. Yang tadinya cari makan, sekarang cenderung ingin makan di mana. Nah kemudian, orang yang hidupnya sendiri jauh dari interaksi sosial maka akan mudah depresi," kata Devi pada VIVA.co.id.

Hal itulah, ungkap Devi, yang membuat pelaku industri narkoba menyasar mereka. Dengan catatan, mereka yang depresi sangat mudah untuk terjebak dalam lingkaran narkoba.

"Sebab, untuk kasus seperti ini, mereka butuh ruang atau alat yang memanipulasi seakan-akan tidak stres. Bekerja 24 jam agar hasil ekonomi yang luar biasa kadang membuat orang terjebak dalam lingkaran narkoba. Nah seperti kita tahu, efek narkoba ada yang begitu. BNN pernah menyebutkan, salah satu pengkonsumsi atau pelanggan narkoba adalah pekerja. Alasannya, satu punya uang dan ingin produktif," katanya.

Hal yang paling memprihatinkan dari perilaku tersebut adalah penyakit sosial yang modern. Mereka yang berada di lingkungan elite, cenderung tidak saling mengenal antartetangga sekitar. Tidak terjadi komunikasi dan interaksi yang baik sesama tetangga.

"Rata-rata berlatar belakang dari profesi berbeda dan cenderung individual. Berbeda dengan mereka yang hidup di pedesaan atau perkampungan yang mayoritas memiliki profesi sama, yakni petani. Nah, dalam kasus ini pemerintah juga punya tanggung jawab besar. Salah satu contoh saja, dengan perkembangan yang cukup pesat di bidang minimarket. Kalau di masa lalu kita masih bisa utang di warung. Ini kearifan lokal yang membuat antarwarga merasa memiliki kedekatan personal. Tapi, di minimarket kan tidak bisa ngutang," ujar mantan Humas UI tersebut.

Orangtua jadi korban

Dalam kasus penelantaran anak seperti yang terjadi di Cibubur, lanjut Devi, Utomo Permono (pelaku) dan istrinya, tidak bisa disalahkan sepenuhnya. Sebab, Devi menilai, kedua orangtua tersebut juga adalah korban dari praktek bisnis haram pelaku narkoba.

"Di sini pemerintah ataupun aparat penegak hukum perlu hati-hati dalam mengambil keputusan. Kalau dia sakit jiwa karena narkoba itu dulu yang harus diperhatikan atau jika psikologisnya yang keganggu maka harus menjalani terapi. Biar bagaimanapun orangtua tidak bisa dipisahkan dari anak," ucap Devi.

"Intinya, orang yang menggunakan narkoba cenderung akan berfikir secara irasional. Menurut saya, apa yang terjadi pada UT (pelaku penelantaran anak) bersumber pada narkoba. Adapun isu yang menyebut adanya dugaan aliran sesat, itu hanyalah bagian dari efek narkoba. Tapi, sejauh ini, saya yakin ini efek narkoba dan tidak ada kaitannya dengan aliran sesat," jelas Devi. (one)

Kasus Narkoba di Jakarta Meningkat 3.681 Perkara

Kurun Januari-September 2015 terdapat 4.588 tersangka.

img_title
VIVA.co.id
9 September 2015