Legenda Arak Batavia yang Mendunia
Sabtu, 16 Mei 2015 - 00:52 WIB
Sumber :
- Ist
VIVA.co.id
- Batavia Arrack merupakan minuman beralkohol dari Hinda Belanda yang sudah melanglang buana. Beberapa waktu lalu, koran
The New York Times
edisi minggu pernah memuat artikel berjudul "Out of the Blue: Batavia Arrack Comes Back".
Paul Clarke menuliskan, Batavia Arrack bikinan awal abad 17 di sebuah pulau di Jawa terbuat dari air tebu dan fermentasi beras merah. Punya cita rasa berbeda, seperti rum Haiti dan Scotch.
Arak tersebut salah satu produk asli Batavia, terbuat dari air tebu dan beras merah, diproduksi di Indonesia untuk selanjutnya dikirim ke Belanda untuk dilakukan proses
blending
. Bahan dasar yang sudah di
-blend
itu lalu dicampur lagi dengan beberapa jenis bahan racikan lainnya. Hasil akhirnya dikirim ke Austria untuk disemat label, sebelum akhirnya didistribusikan ke seluruh dunia.
Dalam sebuah tulisan, "Peran Etnis Cina dalam Pengembangan Iptek" tertulis bahwa sudah sejak abad 17 warga Tionghoa di Batavia mengembangkan berbagai budidaya seperti tebu dan padi. Dari dua komoditi itu dibuatlah arak yang terdiri dari beras yang difermentasi, tetes tebu dan nira. Mereka telah mengembangkan penyulingan arak sejak awal abad 17.
"Bangsa kita harus minum atau mati," tulis Coen pada 1619. Tidaklah heran bahwa penyulingan arak disebut industri utama di Batavia. Arak Batavia menjadi terkenal di seluruh Asia.
"Orang-orang kita saling merangkul dan memberkati diri sendiri karena mereka berhasil tiba di tempat yang begitu luar biasa racikan
punch
-nya," tulis Kapten Britania, Woodes Rogers, dalam catatan hariannya di awal abad 18.
Sementara itu, Kapten James Cook terpesona dengan keampuhan arak Batavia yang membuat seorang awaknya tak pernah jatuh sakit. Padahal usia awak kapal tadi sudah di atas 70 tahun dan kerjanya hanya mabuk arak Batavia.
Minuman ini diproduksi sejak akhir abad 17 hingga abad 19. Merupakan minuman yang digemari di Eropa, khususnya Swedia. Minuman ini juga biasa disebut sebagai Batavia Arrack van Oosten.
Kisah perjalanan arak Batavia hingga ke Swedia bisa jadi dimulai ketika Kapal Gotheborg mampir ke Batavia pada 1743. Awak kapal harus memenuhi kebutuhan kapal dan awaknya seperti arak, kayu bakar, kebutuhan untuk mengisi perut, serta mesiu cadangan untuk keamanan. Rupanya mereka menyukai cita rasa arak bikinan Batavia – Batavia Arrack van Oosten yang mengandung alkohol 50 persen.
Penjelajah Portugis yang terkenal, Marco Polo, saat datang ke Indonesia sempat bernegosiasi dengan masyarakat Batavia. Ia juga mencicipi arak yang disuguhkan masyarakat lokal.
Arak dan beberapa akar tebu menjadi barang bawaan mereka sebelum akhirnya mendarat di Kepulauan Karibia. Hasil bawaan bangsa Portugis itu akhirnya ditanam juga di daratan Karibia. Iklim tropis kepulauan tersebut ternyata sangat cocok dengan tanaman itu.
Baca Juga :
Kreasi Burger Alpukat, Jadi Tren Menu Unik
Baca Juga :
Empat Makanan Termahal di Dubai
Yuk, Kulineran Sambil Nonton Layar Tancap di Pasar Senggol
Event digelar 28 Maret sampai 28 April 2019 di Summarecon Mall Bekasi.
VIVA.co.id
1 April 2019
Baca Juga :