Derita Bocah DN: Lapar Mencuri, Ngantuk Tidur di Pos Jaga
Jumat, 15 Mei 2015 - 11:41 WIB
Sumber :
- Zahrul Darmawan/ Depok
VIVA.co.id
- DN, bocah delapan tahun, sungguh menderita. Diperlakukan tidak pantas oleh orangtuanya, disiksa dan tidak dibolehkan ke dalam rumah, DN akhirnya terpaksa menggelandang.
Bajunya lusuh dan bau. DN bukan anak orang miskin, atau gelandangan. DN anak dari keluarga menengah ke atas.
Rumah orangtuanya berlokasi di kawasan Citra Gran, Nusa Dua Cibubur. Di rumah berlantai dua ini terparkir dua mobil mewah. Sedan BMW dan Honda Odyssey.Â
Pemandangan ini, tentu saja berbanding terbalik dengan kondisi DN yang hidup terkatung-katung, seperti anak jalanan. Jangankan untuk mendapat pakaian yang layak, untuk makan saja bocah mungil ini sering mencuri dari tetangga.
Kekerasan psikis dan fisik itu diterima DN dan keempat saudara kandungnya sejak sebulan terakhir. Tak hanya itu, DN juga sudah tidak lagi sekolah.
"Ya hari-harinya begitu, kalau siang dia keliling naik sepeda. Kalau lapar dia sempat nyolong makanan. Tapi belakangan, kami (warga) yang tahu kondisinya akhirnya sering ngasih. Kalau malam, dia tidur di pos jaga depan," ujar Maulana salah satu tetangga dekat DN, Jumat, 15 Mei 2015.
Sikap keras orangtua DN kerap membuat warga emosi. Tak jarang mereka terlibat cekcok dengan orangtua DN. Namun warga tidak bisa berbuat banyak, lantaran setiap diajak untuk berbicara, kedua orangtuanya tidak pernah menerima.
"Ibunya bahkan kalau kami tegur malah pamer pantat. Begitu juga bapaknya. Ngomongnya enggak nyambung. Entar ngaku ningrat, ngaku intel, ngaku polisi, ngaku dosen, pokoknya enggak nyambung. Galakan mereka malah," Maulana menjelaskan.
Apa yang dialami DN pun diyakini warga berimbas dengan karakternya. DN akhirnya dijauhi teman-teman sebayanya lantaran kerap berkata kasar ditambah tampilannya yang kotor dan bau.
Kata Sukiyah, warga lainnya, keluarga DN sudah tinggal di kompleks itu sejak setahun lalu. Namun, peristiwa penganiayaan terhadap anak-anaknya sudah beberapa kali terjadi. Puncaknya sebulan terakhir.
"Keluarga ini tertutup. Hanya DN yang disuruh keluar. Sementara adik-adiknya yang empat orang sama sekali tidak pernah terlihat. Mereka juga sama, mendapat perlakuan kasar," kata Sukiyah.
Kasus ini akhirnya terbongkar setelah pihak Komisi Perlindungan Anak Indonesia bersama aparat Kepolisian dari Unit Kejahatan dengan Kekerasan Polda Metro Jaya mendatangi lokasi kejadian, Kamis kemarin, 14 Mei 2015.
Dari dalam rumah, polisi berhasil mengamankan para bocah malang tersebut beserta kedua orangtuanya. Hingga berita ini diturunkan, polisi belum bisa memastikan apa motif di balik aksi keji kedua orangtuanya.
Namun yang jelas, polisi akan memeriksa kejiwaan kedua orangtua DN. Sementara itu, rumah tempat tinggal keluarga DN saat ini sudah diberi garis polisi. Rumah tersebut tampak tertutup rapat.
Kemarin, saat polisi menggeledah, kondisi di dalam rumah seperti tak berpenghuni. Pakaian dan sampah tercecer di sembarang tempat. Udara yang pengap dan bau membuat polisi sempat tutup hidung. Kasusnya kini ditangani Polda Metro Jaya.
Baca Juga :
Daftar Panjang Kekerasan Anak, Ini Penyebabnya
Pemandangan ini, tentu saja berbanding terbalik dengan kondisi DN yang hidup terkatung-katung, seperti anak jalanan. Jangankan untuk mendapat pakaian yang layak, untuk makan saja bocah mungil ini sering mencuri dari tetangga.
Kekerasan psikis dan fisik itu diterima DN dan keempat saudara kandungnya sejak sebulan terakhir. Tak hanya itu, DN juga sudah tidak lagi sekolah.
"Ya hari-harinya begitu, kalau siang dia keliling naik sepeda. Kalau lapar dia sempat nyolong makanan. Tapi belakangan, kami (warga) yang tahu kondisinya akhirnya sering ngasih. Kalau malam, dia tidur di pos jaga depan," ujar Maulana salah satu tetangga dekat DN, Jumat, 15 Mei 2015.
Sikap keras orangtua DN kerap membuat warga emosi. Tak jarang mereka terlibat cekcok dengan orangtua DN. Namun warga tidak bisa berbuat banyak, lantaran setiap diajak untuk berbicara, kedua orangtuanya tidak pernah menerima.
"Ibunya bahkan kalau kami tegur malah pamer pantat. Begitu juga bapaknya. Ngomongnya enggak nyambung. Entar ngaku ningrat, ngaku intel, ngaku polisi, ngaku dosen, pokoknya enggak nyambung. Galakan mereka malah," Maulana menjelaskan.
Apa yang dialami DN pun diyakini warga berimbas dengan karakternya. DN akhirnya dijauhi teman-teman sebayanya lantaran kerap berkata kasar ditambah tampilannya yang kotor dan bau.
Kata Sukiyah, warga lainnya, keluarga DN sudah tinggal di kompleks itu sejak setahun lalu. Namun, peristiwa penganiayaan terhadap anak-anaknya sudah beberapa kali terjadi. Puncaknya sebulan terakhir.
"Keluarga ini tertutup. Hanya DN yang disuruh keluar. Sementara adik-adiknya yang empat orang sama sekali tidak pernah terlihat. Mereka juga sama, mendapat perlakuan kasar," kata Sukiyah.
Kasus ini akhirnya terbongkar setelah pihak Komisi Perlindungan Anak Indonesia bersama aparat Kepolisian dari Unit Kejahatan dengan Kekerasan Polda Metro Jaya mendatangi lokasi kejadian, Kamis kemarin, 14 Mei 2015.
Dari dalam rumah, polisi berhasil mengamankan para bocah malang tersebut beserta kedua orangtuanya. Hingga berita ini diturunkan, polisi belum bisa memastikan apa motif di balik aksi keji kedua orangtuanya.
Namun yang jelas, polisi akan memeriksa kejiwaan kedua orangtua DN. Sementara itu, rumah tempat tinggal keluarga DN saat ini sudah diberi garis polisi. Rumah tersebut tampak tertutup rapat.
Kemarin, saat polisi menggeledah, kondisi di dalam rumah seperti tak berpenghuni. Pakaian dan sampah tercecer di sembarang tempat. Udara yang pengap dan bau membuat polisi sempat tutup hidung. Kasusnya kini ditangani Polda Metro Jaya.
Baca Juga :
KPAI Minta Marinir Pengeroyok Bocah Dihukum Berat
Terancam hukuman penjara 5 hingga 7 tahun
VIVA.co.id
13 Januari 2016
Baca Juga :