Pengolah Lumpur Terbesar Asia Tenggara Diresmikan di Jakarta

Kali Hitam yang dipenuhi limbah pabrik di Mauk, Kabupaten Tangerang
Sumber :
  • Antara/ Rivan Awal Lingga
VIVA.co.id
- Gubernur DKI Jakarta Basuki Tjahaja Purnama melakukan peresmian fasilitas pengolahan lumpur dari kegiatan produksi air bersih milik PT. Aetra Air Jakarta.


Presiden Direktur PT. Aetra Air Jakarta Mohamad Selim mengatakan fasilitas pengolahan lumpur yang dimiliki oleh perusahaannya ini merupakan fasilitas pengolahan lumpur dengan kapasitas terbesar di Asia Tenggara.


"Pembangunan fasilitas ini merupakan komitmen kami untuk menjadi perusahaan penyedia layanan air bersih yang bebas buangan limbah dan ramah lingkungan," ujar Selim saat memberikan sambutannya di Gedung Pengolahan Lumpur Instalasi Pengolahan Air PT. Aetra Air Jakarta, Pulo Gadung, Jakarta Timur, Selasa 12 Mei 2015.
Eliano Ungkap Tijjani Reijnders Ingin Timnas Indonesia Hadapi Belanda di Piala Dunia 2026


Digelar Meriah, Digikomfest 2024 Dorong Keterbukaan Informasi Publik Perangkat Daerah
Fasilitas pengolahan limbah yang dibangun oleh perusahaannya merupakan sebuah terobosan dalam upaya pengelolaan lingkungan.

Disambut Gibran, Prabowo Tiba di Indonesia Setelah Lawatan ke Sejumlah Negara

Pada awalnya, kata Selim, pengolahan lumpur sisa produksi air bersih yang dilakukan oleh perusahaannya hanya menggunakan metode konvensional
'sludge drying bed'
atau melakukan pengeringan lumpur menggunakan bak pengering yang mengandalkan sinar matahari.


"Namun sistem itu belum sepenuhnya mampu menampung dan mengolah lumpur yang ada," ujar Selim.


Karena itu, akhirnya perusahaan ini menggunakan metode pengolahan lumpur dengan menggunakan mesin
'decanter'
.


"Mesin ini biasanya dipergunakan untuk memurnikan minyak kelapa sawit," ujar Selim.


Satu mesin decanter, kata Selim, memiliki kapasitas pengolahan air baku mencapai 60 meter kubik per jam. Dari 750.000 meter kubik air yang diolah di IPA Buaran saja, instalasi ini mampu memisahkan kandungan lumpur hingga mencapai 72 ton.


Lumpur ini adalah akibat erosi tanah pada saluran terbuka dari Kali Bekasi dan Saluran Tarum Barat (Kalimalang), saluran di mana Aetra mendapatkan material air baku.


Selim mengklaim, setiap mesin memakan investasi dari perusahaannya sebesar Rp6 miliar. Satu mesin decanter yang memiliki berat hingga 6 ton telah beroperasi di IPA Buaran.


"Dengan beroperasinya mesin
decanter
, maka komitmen Aetra untuk menjadi sebuah perusahaan yang hasil produksinya benar-benar bebas dari limbah bisa terwujud dengan baik," ujar Selim.

Halaman Selanjutnya
Halaman Selanjutnya