Jejak Masuknya Islam di Jakarta
Rabu, 22 April 2015 - 07:16 WIB
Sumber :
- VIVA.co.id/Dody Handoko
VIVA.co.id
- Langgar tinggi di Pekojan, Jakarta Barat, ini diketahui berdiri sejak 1829 dan hasil peninggalan kaum Gujarat yang menyebarkan ajaran Islam di Indonesia. Langgar Tinggi ini juga menjadi salah satu simbol atau jejak perkembangan Islam di Indonesia, utamanya di Jakarta.
Kaum Gujarat, datang ke Indonesia pada 1736 dengan tujuan menyebarkan agama Islam. Namun, kehadiran mereka di negeri ini semula untuk berdagang. Daerah pertama yang disinggahinya adalah Batavia yakni di Pelabuhan Sunda Kelapa.
Saat ini, ada beberapa daerah di Jakarta yang masih mempertahankan sisi religi peninggalan kejayaan Islam di daerah Sunda Kelapa. Seperti adanya Masjid Luar Batang di Penjaringan atau Langgar Tinggi yang masih berdiri kokoh di kawasan permukiman Pekojan, Jakarta Barat dan sebagainya.
Baca Juga :
Kisah Pelukis Arwah Si Manis Jembatan Ancol
Baca Juga :
Cerita Bung Karno Jadi Model Patung Bundaran HI
Kaum Gujarat, datang ke Indonesia pada 1736 dengan tujuan menyebarkan agama Islam. Namun, kehadiran mereka di negeri ini semula untuk berdagang. Daerah pertama yang disinggahinya adalah Batavia yakni di Pelabuhan Sunda Kelapa.
Saat ini, ada beberapa daerah di Jakarta yang masih mempertahankan sisi religi peninggalan kejayaan Islam di daerah Sunda Kelapa. Seperti adanya Masjid Luar Batang di Penjaringan atau Langgar Tinggi yang masih berdiri kokoh di kawasan permukiman Pekojan, Jakarta Barat dan sebagainya.
Dari dua tiang bulat besar beranda lantai dua Langgar Tinggi di Jalan Raya Pekojan, Tambora, Jakarta Barat, menghadap ke Kali Angke terhampar pemandangan hiruk-pikuk kota lama Jakarta. Deretan rumah-rumah China sebentar-sebentar menghilang oleh badan kendaraan yang bergerak merayap.
Dahulu banyak perahu dan rakit dari Tangerang menyusur Kali Cisadane masuk Kali Angke membawa bahan bangunan, kain, rempah-rempah, duren, nangka, dan kelapa, menuju pusat kota lama. Sebelum masuk kota, perahu dan rakit-rakit itu biasanya sandar di belakang langgar. ”Kali masih bersih dan dalam,” ujar budayawan Ridwan Saidi.
Dia mengatakan, Langgar tinggi Pekojan hingga saat ini bangunannya masih menarik dan mengandung historis religi yang tinggi. Langgar ini dibangun pada abad 19 atau sekitar tahun 1829 oleh saudagar Arab bernama Abubakar Shihab.
Sepintas, Langgar Tinggi ini mirip sebuah rumah panggung dengan bentuk memanjang. Bagian bawahnya digunakan sebagai tempat usaha minyak wangi oleh keluarga keturunan Arab yang konon masih keturunan Abubakar Shihab. Sementara itu, di bagian atas bangunan digunakan sebagai langgar atau musala.
Hingga kini, Langgar Tinggi masih mempertahankan bentuk aslinya. Hal tersebut dapat dilihat dari bentuk bangunan yang bernuansa arsitektur gaya Eropa. Sebagian sisi dindingnya memang telah kusam, seolah termakan oleh zaman. Demikian halnya bagian pagar, daun jendela hingga pintunya yang terbuat dari kayu berwarna cokelat, telah usang.
Untuk dapat masuk ke dalam langgar, setiap pengunjung terlebih dulu harus melintasi anak tangga yang terbuat dari keramik berwarna putih. Pada bagian atas ini akan dijumpai ruangan panjang dengan tiga bagian.
Yakni, bagian utama berada di ruang dalam yang merupakan tempat ibadah pria, kemudian ruang ibadah wanita dan teras. Di bagian dalam ruang ibadahnya, terdapat arsitektur bangunan gaya Eropa kuno dan China. Sementara itu, pada ruangan imam dan khatib, kental akan nuansa orientalnya. (art)
Baca Juga :
Halaman Selanjutnya
Dari dua tiang bulat besar beranda lantai dua Langgar Tinggi di Jalan Raya Pekojan, Tambora, Jakarta Barat, menghadap ke Kali Angke terhampar pemandangan hiruk-pikuk kota lama Jakarta. Deretan rumah-rumah China sebentar-sebentar menghilang oleh badan kendaraan yang bergerak merayap.